Selasa, 16 Desember 2014

TERBENTUKNYA PEMERINTAHAN HINDIA BELANDA TAHUN 1800-1830



TERBENTUKNYA PEMERINTAHAN HINDIA BELANDA
TAHUN 1800-1830

Disusun untuk memenuhi tugas Sejarah Indonesia Baru II
Dosen Pengampu: Drs. Jayusman, M. Hum



Disusun Oleh:
1.        Liliany Ratna Pramesti                  (3101412022)
2.        Muhamad Kholid                          (3101412026)
3.        Ithfa Harum Eka Pratiwi              (3101412030)
4.        Anjani                                                                   (3101412035)
5.        Dian Utoro aji                                           (3101412050)


Rombel 3A
PRODI PENDIDIKAN SEJARAH



FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Terbentuknya Pemerintahan Hindia Belanda Tahun1800-1830.
Makalah ini membahas tentang Terbentuknya Pemerintahan Hindia Belanda Tahun1800-1830 yang pembahasan secara lengkap diuraikan dan di jelaskan dalam makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini sehinggga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Dan tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Jayusman selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah Indonesia Baru II yang telah membimbing kami.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun sendiri maupun kepada pembaca umumnya.


Semarang,  September 2013


                                                                                                                                                                         Penyusun






i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................(i)
DAFTAR ISI.....................................................................................................................(ii)

1.     BAB I PENDAHULUAN
A.            Latar Belakang......................................................................................(1)
B.            Rumusan Masalah.................................................................................(1)
C.            Tujuan Penulisan...................................................................................(1)
2.      BAB II PEMBAHASAN
A.                        Masa Pemerintahan Daendels......................................................
B. Masa Pemerintahan Raffles.......................................................
C. Munculnya Dualisme Politik dan Ekonomi di Indonesia........
D.                        Indonesia di Bawah Komisaris Jendral..................
E.  
3.      BAB III PENUTUP
        A.        Kesimpulan................................................................................
        B.        Saran..................................................................................................












ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Pada abad pertengahan 18 VOC mengalami kejayaan tetapi VOC akhirnya mengalami kebangkrutan yang disebabkan oleh:
1)        Banyak korupsi dikalangan pembesar VOC
2)        Banyak mengelurkan biaya perang
3)        Kalah bersaing dengan kongsi dagang lain.
Pada tahun 1795, Partai Patriot Belanda yang anti raja, atas bantuan Perancis, berhasil merebut kekuasaan. Sehingga di Belanda terbentuklah pemerintahan baru yang disebut Republik Bataaf (Bataafsche Republiek). Republik ini menjadi boneka Perancis yang sedang dipimpin oleh Napoleon Bonaparte. Sedangkan raja Belanda, Willem V, melarikan diri dan membentuk pemerintah peralihan di Inggris. Pada waktu itu antara Inggris dan Perancis sedang bermusuhan dengan hebatnya.
Setelah VOC dibubarkan oleh pemerintahan tersebut pada tahun 1800, maka tanah jajahan yang dulu dikuasai VOC kemudian ditangani oleh suatu badan yang disebut “Aziatische Raad”. Kekuasaan pemerintahan Belanda di Indonesia dipegang oleh Gubernur Jendral Johannes Siberg (1801-1804) yang menggantikan Gubernur Jendral Overstraaten sebagai Gubernur Jendral VOC yang terakhir.

B. RUMUSAN MASALAH
1.        Bagaimana Masa Pemerintahan Daendels?
2.        Bagaimana Masa Pemerintahan Raffles?
3.        Bagaimana munculnya Dualisme Politik dan Ekonomi di Indonesia ?
4.        Bagaimana Indonesia di bawah Komisaris Jendral ?
5.        Apa sajakah pemberontakan yang terjadi sebagai reaksi terhadap pemerintahan colonial?



C. TUJUAN PENULISAN
1.        Mengetahui Masa Pemerintahan Daendels.
2.        Mengetahui Masa Pemerintahan Raffles.
3.        Menganalisis munculnya Dualisme Politik dan Ekonomi di Indonesia.
4.        Mengetahui bagaimana Indonesia pada saat di bawah Komisaris Jendral.
5.        Menyebutkan pemberontakan terhadap pemerintahan kolonial.




































BAB II
PEMBAHASAN

A.  RUNTUHNYA VOC DAN PENDIRIAN PEMERINTAHAN HINDIA BELANDA
VOC  adalah kongsi dagang Belanda di ndonesia yang didirikan oleh Heeren XVII pada 25 Maret 1602. Namun seiring berjalanya waktu peranan VOC tidak hanya sebagai kongsi dagang melainkan bergeser menjadi wakil pemerintahan Belanda di Indonesia. Sebagai wakil pemerintahan belanda VOC memiliki banyak hak istimewa yang di sebut hak oktroi yaitu diantaranya adalah hak untuk mencetak mata uang, membentuk tentara dan mendirikan benteng, mengadakan perjanjian dengan raja-raja peibumi, danbanyak hak istimewa lainya.
Namun seiring semakin besarnya daerah yang di kuasai VOC semakin sulit mengontrol daerah-daerahnya oleh karena itu keadaan VOC semakin memburuk banyak pegawai yang korupsi dan di temukan banyak kecurangan-kecurangan lain yang ada di tubuh VOC namun VOC masih menyembunyikan kebarngkrutanya ini dari pemerintahan Belanda.
VOC sendiri sudah hampir gulung tikar. Selama Perang Inggris IV  Indonesia semakin terpisah dengan Belnada. VOC bukan hanya meminjam 2300 tentara dari Surakarta dan Yogyakarta untuk mempertahankan Batavia yang diduga akan diserang Inggris, Tapi VOC juga berpaling dari pemerintahan Belanda yang ada di Indonesia. Belanda pun memulai penyelidikan terhadap VOC dan berhasil mengungkap kebangkrutan, skandal, dan salah urus dalam berbagai segi bidang                   (Ricklefs, 2005 : 168 )
Pada tahun 1795, Partai Patriot Belanda yang anti raja, atas bantuan Perancis, berhasil merebut kekuasaan. Sehingga di Belanda terbentuklah pemerintahan baru yang disebut Republik Bataaf (Bataafsche Republiek). Republik ini menjadi boneka Perancis yang sedang dipimpin oleh Napoleon Bonaparte. Sedangkan raja Belanda, Willem V, melarikan diri dan membentuk pemerintah peralihan di Inggris. Pada waktu itu antara Inggris dan Perancis sedang bermusuhan dengan hebatnya.
Pada tahun 1795 Heeren XVII dibubarkan dan digantikan dengan sebuah komite baru. Dan tepat pada 1 Janiari 1800 VOC resmi dibubarkan. Tanah jajahan yang dulu dikuasai VOC kemudian ditangani oleh suatu badan yang disebut “Aziatische Raad”. Walauapun pemerintahan sudah beralih tangan namun di Indonesia tidak terjadi perubahan yang besar karena para pemegang jabatan masih tetap sama dan menetapkan kebijakan yang sama pula.

B.       INDONESIA DI BAWAH PEMERINTAHAN DAENDELS
Pada tahun 1800 mulai berlangsung pemerintahan baru di Indonesia. Negeri Belanda sudah dibawah pemerintahan Perancis. Sehubungan dengan sentralisasi kekuasaan yang semakin besar maka Napoleon Bnaparte mengangkat Luois Napoleon, adiknya sebagai penguasa di Negeri Belnada tahun 1806. Dan pada 1808 Lous mengirim Marsekal Herman Willem Daendels ke Batavia untukmenjadi Gurbernur Jendral dan memperkuat pertahanan Jawa sebagai bassis melawan Inggris di Samudra Hindia.
Daendels adalah seorang pemuja prinsip Revolusioner. Dia membawa suatu perpaduan antara semangat pembaruan dan metode-metode revolusioner. Dia berusaha memberantas ketidakefisiennan, penyelewengan dan korupsi yang menyelimuti administrasi Eropa ((Ricklefs, 2005 : 171 )
Hal yang dilakukan Deandels dalam mempertahankan jawa
1.Bidang Pertahanan
a.       Menambah jumlah prajurit menjadi 18.000 yang sebagian besar dari suku-suku bangsa di Indonesia (pribumi).
b.      Membangun benteng di beberapa kota dan pusat pertahananya di Kalijati Bandung.
c.       Membangun jalan raya dari Anyer sampai Panarukan kurang lebih 1.000 kilometer yang    diselesaikan dalam waktu 1 tahun dengan kerja paksa/rodi di setiap 7 kilometer dibangun pos jaga. Yang kemudian di kenal dengan Jalan Raya Pos ( Grote Postweg)
d.      Membangun armada laut dan pelabuhan armada dengan pusat di Surabaya


2. Bidang Keuangan antar lain:
a.      Mengeluarkan mata uang kertas
b.      Menjual tanah produktif milik rakyat kepada swasta sehingga muncul tanah swasta (partikelir) yang banyak dimiliki orang Cina, Arab, Belanda.
c.      Meningkatkan pemasukan uang dengan cara-cara sebelumnya (VOC) yaitu memborongkan pungutan pajak. Contingenten, Penanaman Kopi dll.

3. Bidang Pemerintahan :
a.      Membentuk sekretariat negara untuk membereskan administrasi Negara
b.      Kedudukan Bupati sebagai penguasa tradisional diubah menjadi pegawai pemerintahan dan digaji.
c.      Memindahkan pusat pemerintahan dari Sunda Kelapa ke Welterreden (sekarang gedung Mahkamah Agung di Jakarta)
d.     Pulau Jawa dibagi menjadi 9 perfec/wilayah.
e.      Membangun kantor-kantor pengadilan
f.       Membatasi kekuasaan para raja, antara lain hak mengangkat penguasa daerah diatur kembali, Termasuk larangan menjual belikan jabatan tersebut. Karena mengadakan pemberontakan kesultanan banten diahpuskan. ( Sartono, 1987 : 292 )

            Sisi negatif pemerintahan Daendels adalah membiarkan terus praktek perbudakan serta hubungan dengan raja-raja di Jawa yang buruk, sehingga menimbulkan perlawanan.Selain itu  Daendels juga menjual tanah-tanah negara kepada swasta (China) merupakan kesalahan besar, maka ia dipanggil kembali ke Belanda dan sebagai gantinya dikirim Gubernur Jenderal baru yaitu Janssens
Pemerintahan Jenssens sangat lemah dan ketika Inggris menyerang, ia menyerah dan harus menandatangani perjanjian Tuntang (Kapitulasi Tuntang) tahun 1811 dan sejak itu Indonesia dikuasai Inggris.
Isi dari Kapitulasi Tuntang adalah :
1.        Seluruh Jawa dan sekitarnya diserahkan kepada Inggris
2.        Semua tentang Belanda menjadi tawanan Inggris
3.        Semua pegawai Belanda yang mau bekerja sama dengan Inggris dapat memegang jabatannya terus
4.        Semua utang pemerintah Belanda yang dahulu, bukan menjadi tanggung jawab Inggris.
Kapitulasi Tuntang ditandatangani pada tanggal 18 September 1811 oleh S. Auchmuty. Seminggu sebelum Kapitulasi Tuntang, 11-8-1811 raja muda ( Viceroy ) Lord Minto yang berkedudukan di India, mengangkat Thomas Stamford rafless sebagai wakil gubernur di jawa dan bawahannya, ( Bengkulu, Maluku, Bali, Sulawesi,dan Kalimantan Selatan ).

C.      INDONESIA DIBAWAH PEMERINTAHAN RAFFLES

Pada tahun 1811 pimpinan Inggris di India yaitu Lord Muito memerintahkan Thomas Stamford Raffles yang berkedudukan di Penang (Malaya) untuk menguasai Pulau Jawa. Dengan mengerahkan 60 kapal, Inggris berhasil menduduki Batavia pada tanggal 26 Agustus 1811 dan pada tanggal 18 September 1811 Belanda menyerah melalui Kapitulasi Tuntang.
             Pemerintahaan Inggris di Indonesia dipegang oleh Raffles yang. Raffles diangkat sebagai Letnan Gubernur dengan tugas mengatur pemerintahan
dan peningkatan perdagangan dan keamanan.
            Pemerintahan Raffles didasarkan pada prinsip liberal. Prinsip kebebasan mencakup kebebasan menanam dan kebebasan perdagangan keduanya akan menjamin kebebasan produksi eksport. Raffles bermaksud menerapkan politik colonial seperti yang di terapkan Ingris di India menurut suatu system yang kemudian dikenal dengan pajak tanah                   ( Landrent-sytem) Kesetaraan rakyat dapat dicapainya dengan memberikan kebebasan serta jaminan hokum. ( Sartono, 1987 : 292)
Pokok pikiran rafles adalah sebagai berikut :
a.       Penghapusan seluruh penyerahan wajib dan wajib kerja dengan member kebebasan penuh untuk kultur dan berdagang
b.      Pemerintah secara langsung mengawasi tanah-tanah, hasilnya dipungut langsung oleh pemerintah tanpa perantara Bupati yang tugasnya terbatas pada dinas-dinas umum.
c.       Penyewaan tanah di beberapa daerah dilakukan berdasarkan kontrak dan terbatas waktunya.
Bagi Rafles yang menjadi penghalang utama pelaksanaan politiknya adalah struktor masyarakat feudal yang sangat kuat kedudukannya dan system ekonomi yang masih bersifat tertutup sehingga pembayaran pajak belum dapat dilakukan sepenuhnya dengan uang tetapi dengan In Natura.
Tindakan Raffles selama memerintah di Indonesia.
1. Bidang Birokrasi Pemerintahan
Langkah-langkah Raffles pada bidang pemerintahan sebagai berikut :
1)        Pulau Jawa dibagi menjadi 16 keresidenan.
2)        Sistem pemerintahan feodal oleh Raffles dianggap dapat mematikan usaha-usaha rakyat.
3)        Bupati-bupati atau penguasa-penguasa pribumi dijadikan pegawai pemerintah kolonial yang langsung di bawah kekuasaan pemerintah pusa

2.      Bidang Ekonomi dan Keuangan
1)        Penghapusan pajak hasil bumi (contingenten) dan sistem penyerahan wajib (verplichte Leverantie) yang sudah diterapkan sejak zaman VOC. Kedua peraturan tersebut dianggap terlalu berat dan dapat mengurangi daya beli rakyat.
2)        Menetapkan Sistem Sewa Tanah (Landrent)
3)        Mengadakan monopoli garam dan minuman keras.
3. Bidang Sosial
1)   Penghapusan kerja rodi (kerja paksa)
2)  Penghapusan perbudakan.
3)  Peniadaan Pynbank (disakiti) yaitu hukuman yang sangat kejam dengan     melawan Harimau.
4.  Bidang ilmu pengetahuan
Masa pemerintahan Raffles di Indonesia memberikan banyak peninggalan yang berguna bagi Ilmu Pengetahuan, seperti :
a.       Menulis buku History of Java
b.      Menemukan bunga Rafflesia Arnoldi
c.       Merintis Kebun Raya Bogor

Keadaan di negeri jajahan rupanya sangat bergantung pada keadaan di negeri Eropa. Pada tahun 1814 Napoleon Bonaparte kalah melawan raja–raja di Eropa dalam perang koalisi. Untuk memulihkan kembali keadaan Eropa maka diadakan konggres Wina 1814 sedangkan antara Inggris dan Belanda ditindaklanjuti

            Konsekuensi dari perjanjian tersebut maka Inggris meninggalkan Pulau Jawa. Raffles kemudian menduduki pos di Bengkulu. Pada tahun 1819 Inggris berhasil memperoleh Singapura dari Sultan Johor. Pada Tahun 1824 Inggris dan Belanda kembali berunding melalui Treaty Of London tahun 1824 isinya antara lain menegaskan:
1         Belanda memberikan Malaka kepada Inggris dan sebaliknya Inggris memberikan Bengkulu kepada Belanda.
2      Belanda dapat berkuasa di sebelah selatan garis paralel Singapura sedangkan Inggis di sebelah Utaranya.



D.    INDONESIA DIBAWAH KOMISARIS JENDRAL

     Setelah berakhirnya kekuasaan Inggris, yang berkuasa di Indonesia adalah Pemerintahan Hindia Belanda. Pada mulanya pemerintahan ini merupakan pemerintahan kolektif yang terdiri dari tiga orang, yaitu : Flout, Buyskess dan Van Der Capellen. Mereka berpangkat komisaris Jendral. Masa peralihan ini hanya berlangsung dari tahun 1816 – 1819. Pada tahun 1819, kepala pemerintahan mulai dipegang oleh seorang Gubernur Jendral Van Der Capellen (1816-1824).
Dengan berdirinya Singapura maka timbullah perselisihan mengena batas-batas wilayah kekuasaan pendudukan Inggris dan Belanda. Masalah ini kemudian diselesaikan lewat Treaty of London, 1824, yang isinya sebagai berikut :
1.   Kedua negeri (Belanda dan Inggris) berhak untuk saling memasuki wilayah jajahan masing-masing.
2.   Belanda menarik diri dari jajahannya di Asia Daratan (Benggala, Gujarat, Malaka dan Singapura
3.   Inggris menarik diri dari nusantara dan menyerahkan Bengkulu, Bangka dan Belitung.
4.   Kemerdekaan Aceh dihormati oleh kedua belah pihak, karena Aceh dijadikan Bufferstaat yaitu daerah pemisah antara Kekuasaan Belanda di Indonesia dan Inggris di Singapura dan Malaka.
5.   Inggris dan Belanda bertanggung jawab atas keamanan di selat Malaka.
            Pada kurun waktu 1816-1830, pertentangan antara kaum liberal dan kaum konservatif terus berlangsung. Sementara itu kondisi di negeri Belanda dan di Indonesia semakin memburuk. Oleh karena itulah usulan Van Den Bosch untuk melaksanakan Cultuur Stelsel (tanam paksa) diterima dengan baik, karena dianggap dapat memberikan keuntungan  yang besar bagi negeri induk.

E.       PERLAWANAN-PERLAWANAN TERHADAP PEMERINTAHAN KOLONIAL

1.        PEMBERONTAKAN SAPARUA ( 1817)
Ø  Penyebab :
a.       Penyerahan Maluku ke tangan Belanda
b.      Pengharusan kembali penyerahan wajib dan kerja wajib yang pada jaman Inggris telah dihapuskan
c.       Tarif barang yang di setorkan untuk belanda diturunkan dan pembayaranya di tunda-tunda
d.      Belada mulai menggerakan penduduk Maluku untuk menjadi soldadu dalam tentara colonial.
e.       Pengeluaran uang kertas sebagai pengganti uang logam yang merugikan masyarakat.
f.       Pemberian hukuman pukulan rotan terhadap Anthoni Rhebok dan Philip Lathumahina karena terlibat percecokan setelah minum-minum.
Ø  Kronologi perang
Pada 3 Mei 1817 Thomas Matulesia dan kira-kira seratus orang lainya berkumpul di Hutan Warlutun dan memutuskan untuk menghancurkan benteng Saparua. Pada 9 mei terpilihlah Thomas Matulesia sebagai pemimpin dan pada 14 Mei seluruh penduduk mengucapkan sumpah dan berkobarlah pemberontakan menyerbu Porto dan menyerang Prembai yang akan di bawa ke Ambon
Pada 15 Mei malam benteng berhasil di kepung. Dalam penyerbuan ini Residen dan keluarganya tewas kecuali anak laki-lakinya yang mendapatkan perlindungan. Namun pada 3 Agustus Benteng dapat direbut kembali oleh Belnada. Pada 10 November rakyat Nusalaut meletakan senjata tanda menyerah dan tak lama setelah itu tanggal 12 November Thomas Matulesia tertangkap. Sebagai tanda masa berakirnya pemberontakan pada 16 November diadakan upacara agama. Thomas dan tokoh-tokoh terkemukan lainya dijatuhi hukuman mati dan tokoh lain di buan ke Jawa.

2.    PERANG PADERI ( 1819- 1832)
Perang Padri terjadi di daerah Minangkabau (Sumatera Barat). Istilah Padri berasal dari kata Pidari atau Padre, yang berarti ulama yang selalu berpakaian putih.
Di Minangkabau terdapat dua pihak yang bertentangan. Di satu pihak adalah golongan yang setia pada adat, dan di lain pihak adalah golongan penganut Ajaran Wahabi dengan tokoh Haji Miskin, Haji Samanik dan Haji Piabang. Di antara mereka sering terjadi perselisihan yang pada akhirnya meningkat menjadi perang. Perang tersebut dinamakan Perang Padri
Ø   Penyebab perang :
a.       Pada awal abad ke-19, muncul kelompok Gerakan Wahabi di Sumatera Barat yang bertujuan memurnikan kehidupan Islam. Kelompok pendukung gerakan ini dikenal sebagai kaum Padri.
b.      Gerakan kaum Padri mendapat tentangan dari kelompok Kaum Adat.
c.       Pemerintah kolonial Belanda berpihak kepada Kaum Adat. Pada tanggal 10 Februari 1821, diadakan perjanjian antara Residen de Puy dan Tuanku Suruaso (pimpinan Kaum Adat).
d.      Berdasarkan perjanjian itu, Belanda menduduki beberapa daerah di Sumatera Barat. Peristiwa itu menandai mulainya Perang Padri.
Ø  Proses Perlawanan
Dalam Perang Padri muncul banyak tokoh diantaranya adalah: Tuanku Imam Bonjol, Datuk Bandaro, Tuanku Pasaman, Tuanku Nan Renceh, Tuanku Nan Cerdik, Tuanku Damasiang, Tuanku Tambusai, Tuanku Nan Alahan.

          Perang Padri bermula dari pertentangan antara Kaum Ulama (Kaum Padri) dengan Kaum Adat. Pertentangan semakin tajam setelah Belanda campur tangan dengan membantu Kaum Adat. Pada tahun 1830, Kaum Padri dan Kaum Adat bersatu untuk melawan Belanda.

          Untuk menghadapi Kaum Padri, Belanda mendirikan bentng Fort Van der Capellen di Batu Sangkar. Perhatian Belanda terpecah dua, karena dalam waktu bersamaan, di Jawa Tengah pecah Perang Diponegoro. Untuk mengatasi keadaan, Belanda mengajak Kaum Padri berunding. Belanda mengakui kedaulatan Kaum Padri. Tetapi, setelah Belanda berhasil mengatasi Perang Diponegoro, Belanda pada tahun 1830 menyerang Kaum Padri lagi.
Tanggal 11 Januari 1833, Kaum Padri berhasil merebut kembali Benteng Bonjol. Pada tanggal 10 September 1833 Belanda di bawah pimpinan Mayor De Quary mengepung Bonjol.

Ø  Akir Perlawanan
Tanggal 25 Oktober 1833, Belanda mengajak Kaum Padri untuk berdamai dengan dikeluarkannya “Plakat Panjang”. Pada bulan juni 1834, Belanda menyerang Kaum Padri lagi. Pada tanggal 21 September 1837, Benteng Bonjol jatuh ke tangan Belanda. Pada tanggal 28 Oktober 1837, Imam Bonjol ditangkap dan diasingkan ke Cianjur, kemudian dipindahkan ke Minahasa.
Pada tanggal 6 november 1864, Imam Bonjol wafat di Lutak, dan jenazahnya dimakamkan di Penelang, Manado. Meskipun Tuanku Imam Bonjol telah wafat, perlawanan masih berlanjut di bawah pimpinan Tuanku Tambusai, Tuanku Nan Cerdik, dan Tuanku Nan Alahan

3.      Perang Diponegoro ( 1825-1830)
Ø  Penyebab Perang
a)    Sebab-sebab umum
-    Kekuasaan raja-raja di Yogyakarta semakin sempit karena daerah pantai utara Jawa Tengan dikuasai Belanda
-    Golongan bangsawan sangat kecewa karena Belanda melarang kaum bangsawan untuk menyewakan tanahnya kepada pihak partikelir
-    Kaum ulama Islam merasa resah karena berkembangnya kebudayaan barat yang sangat mengganggu dan bertentangan dengan agama
-    Kehidupan rakyat semakin menderita karena Belanda melakukan tindakan pemerasan
-    Pangeran Diponegoro merasa kecewa tidak diangkat menjadi pengganti raja, melainkan hanya sebagai wali raja.
b)    Sebab khusus
Belanda merencanakan pembangunan jalan yang menerobos tanah Pangeran Diponegoro dan makam leluhurnya. Pangeran Diponegoro dengan tegas menentang rencana itu. Sebagai unjuk protes patok-patok untuk pembuatan jalan dicabut dan diganti dengan tombak-tombak.
Ø  Jalanya Perang
Pusat perlawanan Pangeran Diponegoro berawal di Selarong. Untuk menghindari sergapan Belanda, Pangeran Diponegoro memindahkan markasnya ke tempat lain, yakni ke Pleret, Dekso, dan Pengasih. Dari markas ke markas itu, Pangeran Diponegoro menggunakan taktik perang gerilya. Dengan taktik itu secara serentak pasukannya menyerang kedudukan Belanda di berbagai kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
                        Selain menggunakan taktik perang gerilya, Pangeran Diponegoro juga menggunakan cara sebagai berikut:
a.    Membentuk pasukan dengan nama Turkiyo, Bulkiyo, dan Arkiyo
b.    Menjadikan Selarong sebagai pusat perlawanan
c.    Mendirikan markas gerilya di Kalisoko, Selarong, Dekso, Plered, Semarang, Madiun, dan Kertasana.

                        Pada tahun 1826, Pangeran Diponegoro memperoleh banyak kemenangan karena mendapat dukungan rakyat. Dalam perang ini, Pangeran Diponegoro dibantu oleh tokoh-tokoh seperti Kyai Mojo, Sentot Ali Basah Prawirodirejo, Pangeran Mangkubumi, Surya Alam, Kerta Pengalasan, Kerto Dirjo, Suriaatmojo, Pangeran Serang, dan Kyai Kasan Beshari.
Ø  Usaha belanda untuk mengatasi peelawanan Diponegoro
a.       Menggunakan sistem Benteng Stelsel, yaitu mendirikan benteng pertahanan pada setiap daerah yang dikuasai Belanda. Tujuan pelaksanaan benteng stelsel adalah untuk mempersempit daerah gerakan Pangeran Diponegoro dan untuk memutuskan akses antar daerah
b.      Membentuk pasukan anti perang gerilya.
c.       Memberi janji yang menarik kepada Surakarta dan Mangkunegaran agar tidak mendukung Pangeran Diponegoro.
d.      Memberi hadiah yang tinggi kepada orang yang dapat menangkap Pangeran Diponegoro
e.       Mengangkat kembali Sultan Sepuh supaya dapat mempengaruhi rakyat.
f.       Menggunakan siasat berunding.

Ø  Akir Perang
                        Pada tahun 1828, Kyai Mojo menyerah sehingga pasukan Pangeran Diponegoro melemah. Disusul kemudian oleh pasukan bantuan yang lainnya. Pada tanggal 28 Maret 1830 diadakan perundingan di Magelang. Perundingan ini gagal dan dengan tak terduga Pangeran Diponegoro ditangkap oleh Jenderal De Kock. Setelah ditangkap, Pangeran Diponegoro diasingkan ke Manado adn selanjutnya dipindahkan ke Makasar hingga wafat pada tanggal 8 Januari 1855

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah runtuhnya VOC pada 1800 an Indonesia berada dalam zaman baru yaitu zaman pemerintahan Kolonial. Dalam masa ini terjadi beberapa kali pergantian pemimpin. Pemimpin yang pertama adalah Daendels yang di kenal dengan pembuatan jalan raya post dari Anyer hingga Panarukan. Dan disusul kemudian dengan Raffles yang Di kenal dengan pemerintahan yang liberalnya.
Selama Pemerintahan Kolonial terjadi beberapa pemberontakan yang merupakan reaksi dari kekejaman pemerintahan tersebut diantaranya Pemberontakan Saparua, perang Paderi Hingga perang Diponegoro yang merupakan perang menyeluruh dan terlama dijawa. Karena beberapa perang ini membuat kedudukan Belanda di Indonesia sempat terkoyak. Dan terjadi kekosongan kas.

DAFTAR PUSTAKA
1.      Kartodirdjo, Sartono . 1987. Pengantar Sejarah Indonesia Baru : 1500-1900 dari Emporium sampai imperium. Jakarta : Gramedia
2.      Riclefs,MC. 2005. Sejarah Indonesia Modern. Jogjakarta : Gajah Mada University Perss
3.      http//: Wikipedia. Com
4.      http//: Google.com