Sabtu, 30 Mei 2015

ARTIKEL : ROMANSA DALAM SEJARAH


ROMANSA DALAM SEJARAH
Dalam setiap kisah sejarah yang pernah dicatatkan di Negeri ini pastilah menyimpan sebuah romansa didalamnya. Romansa ini lah yang selalu diperlihatkan oleh sutradara dalam menggarap sebuah cerita sejarah menjadi sebuah film. Tengok saja Film Trilogi kemerdekaan . Film fiksi perjuangan pertama yang disutradarai Yadi Sugandi ini juga tidak meninggalkan unsure romansa. Romansa yang dibangun adalah romansa antara Amir yang diperankan oleh Lukman sardi dan istrinya yang harus ditinggalkan untuk berperang melawan Belanda.  Setalh film itu mulailah muncul film-film lain yang berbau sejarah namun dibumbui kisah romansa didalamya. Seperti film Soekarno dan yang paling terlihat jelas adalah film Habibie- Ainun yang menceritakan kehidupan dan kesetiaan Habibie bersama sang Istri Ainun.
Sebenarnya romansa dalam sejarah memang diperlukan. Kisah romansa yang terselip dalam suatu peristiwa sejarah bisa dijadikan sebuah point untuk menarik minat para pemuda dalam mempelajari sejarahnya. Romansa memiliki kekuatanya sendiri untuk menarik minat terutama para pemuda dan remaja.  Selain itu pengungkapan tentang romansa dalam sejarah akan memberikan warna tersendiri  dalam kisah sejarah dan dapat mengungkap hal-hal unik yang belum pernah terungkap dalam sejarah.
Sebagai contoh romansa dalam sejarah yang belum terungkap adalah  Romansa antara margonda dan Isrtinya, Maemunah. Margonda adalah seorang pejuang muda yang aktif dalam membentuk lascar-laskar perjuangan. Margonda pernah mendirikan Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI) namun lascar ini tidak berumur panjang. Setelah itu ia masuk dalam BKR dan dimasukkan ke Batalion Kota Bogor dengan pangkat letnan muda. Ia bersama beberapa pemuda lainya ingin menguasai Depok yang saat itu belum dikuasai sekutu. Margonda berangkat dari stasiun Bogor dengan diantar oleh sang Istri.  Dalam serangan kilat oleh NICA margonda bersama ratusan pejuang lainya gugur.
Kepada Maemunah, beberapa sekondan Margonda menceritakan bahwa Margonda bertempur gagah berani dan tertembak. Namun, Maemunah tak pernah mempercayai cerita itu. Dia tetap sabar menanti. Maemunah kerap ke stasiun Bogor untuk mencari Margonda. Anaknya, Jopiatini, yang baru bisa berjalan, selalu dibawa serta. Margonda tak kunjung tiba, sampai penghujung perang 1949. Beredar desas-desus di kalangan pejuang di Bogor, bahwa Margonda dikubur satu liang lahat dengan pejuang lainnya di Kalibata, Depok. Makam itu kemudian dibongkar, dan jasad Margonda dimakamkan ulang di samping stasiun Bogor. Sejak saat itu barulah Maemunah percaya jika Suaminya telah meninggal dan ia tidak lagi mengunjungi stasiun Bogor lagi untuk menunggu suaminya 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan tinggalkan komentar ! Terimakasih...