ROMANSA DALAM SEJARAH
Dalam
setiap kisah sejarah yang pernah dicatatkan di Negeri ini pastilah menyimpan
sebuah romansa didalamnya. Romansa ini lah yang selalu diperlihatkan oleh
sutradara dalam menggarap sebuah cerita sejarah menjadi sebuah film. Tengok
saja Film Trilogi kemerdekaan . Film fiksi perjuangan pertama yang disutradarai
Yadi Sugandi ini juga tidak meninggalkan unsure romansa. Romansa yang dibangun
adalah romansa antara Amir yang diperankan oleh Lukman sardi dan istrinya yang
harus ditinggalkan untuk berperang melawan Belanda. Setalh film itu mulailah muncul film-film lain
yang berbau sejarah namun dibumbui kisah romansa didalamya. Seperti film
Soekarno dan yang paling terlihat jelas adalah film Habibie- Ainun yang
menceritakan kehidupan dan kesetiaan Habibie bersama sang Istri Ainun.
Sebenarnya
romansa dalam sejarah memang diperlukan. Kisah romansa yang terselip dalam
suatu peristiwa sejarah bisa dijadikan sebuah point untuk menarik minat para
pemuda dalam mempelajari sejarahnya. Romansa memiliki kekuatanya sendiri untuk
menarik minat terutama para pemuda dan remaja.
Selain itu pengungkapan tentang romansa dalam sejarah akan memberikan
warna tersendiri dalam kisah sejarah dan
dapat mengungkap hal-hal unik yang belum pernah terungkap dalam sejarah.
Sebagai
contoh romansa dalam sejarah yang belum terungkap adalah Romansa antara margonda dan Isrtinya,
Maemunah. Margonda adalah seorang pejuang muda yang aktif dalam membentuk lascar-laskar
perjuangan. Margonda pernah mendirikan Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI)
namun lascar ini tidak berumur panjang. Setelah itu ia masuk dalam BKR dan dimasukkan ke Batalion Kota
Bogor dengan pangkat letnan muda. Ia bersama beberapa pemuda lainya
ingin menguasai Depok yang saat itu belum dikuasai sekutu. Margonda berangkat
dari stasiun Bogor dengan diantar oleh sang Istri. Dalam serangan kilat oleh NICA margonda
bersama ratusan pejuang lainya gugur.
Kepada Maemunah, beberapa
sekondan Margonda menceritakan bahwa Margonda bertempur gagah berani dan
tertembak. Namun, Maemunah tak pernah mempercayai cerita itu. Dia tetap sabar
menanti. Maemunah kerap ke stasiun Bogor untuk mencari Margonda. Anaknya, Jopiatini,
yang baru bisa berjalan, selalu dibawa serta. Margonda tak kunjung tiba, sampai
penghujung perang 1949. Beredar desas-desus di kalangan pejuang di
Bogor, bahwa Margonda dikubur satu liang lahat dengan pejuang lainnya di
Kalibata, Depok. Makam itu kemudian dibongkar, dan jasad Margonda dimakamkan
ulang di samping stasiun Bogor. Sejak saat itu barulah Maemunah percaya jika
Suaminya telah meninggal dan ia tidak lagi mengunjungi stasiun Bogor lagi untuk
menunggu suaminya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tinggalkan komentar ! Terimakasih...