Selasa, 09 Desember 2014

Analisa kebudayaan suku sasak



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Kebudayaan adalah perwujudan dari renungan, pemikiran, kerja keras dan kearifan suatu masyarakat dalam beradaptasi dengan lingkunganya untuk terus bertahan hidup. Indonesia sebagai Negara kepulauan yang luas. Indonesia juga teridri dari banyak pulau yang memiliki kondisi geografis yang berbeda-beda. Oleh karena itu tidak heran jika Indonesia memiliki banyak suku bangsa dengan kebudayaan yang berbeda-beda. Diantaranya suku bangsa jawa, Suku bangsa dayak, Suku bangsa sasak, Suku bangsa sasak dan banyak suku bangsa lainya yang menjadikan Indonesia sebagai Negara multicultural yang besar.
Untuk menganalisis kebudayaan secara menyeluruh dapat dilakukan analisis dengan menggunankan Tujuh Unsur kebudayaan seperti yang dikemukakan Koentjara Ningrat. Tujuh Unsur itu diantaranya : Bahasa, Sistem Pengetahuan, Siatem kekerabatan dan organisasi sosial, Sistem peralatan hidup dan teknologi, Sistem Mata pencaharian dan ekonomi, Sistem Religi dan Kesenian.  Begitu juga untuk emnganalisis kebudayaan suku sasak.
Suku sasak adalah suku bangsa yang mendiami pulau Lombok di Nusa Tengggara Baat. Era Pra Sejarah tanah Lombok tidak jelas karena sampai saat ini belum ada data-data dari para ahli serta bukti yang dapat menunjang tentang masa pra sejarah tanah lombok.Suku Sasak temasuk dalam ras tipe melayu yang konon telah tinggal di Lombok selama 2.000 tahun yang lalu dan diperkirakan telah menduduki daerah pesisir pantai sejak 4.000 tahun yang lalu, dengan demikian perdangan antar pulau sudah aktif terjadi sejak zaman tesebut dan bersamaan dengan itu saling mempengaruhi antar budaya juga telah menyebar.


B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimanakah sejarah singkat suku Sasak dan Bali?
2.      Bagaimanakah wujud kebudayaan yang dimiliki suku Sasak dan Bali?
3.      Apakah sisem bahasa yang digunakan oleh suku sasak dan Bali?
4.      Apakah sistem Sistem Pengetahuan yang digunakan suku sasak dan Bali ?
5.      Apakah Sistem kekerabatan dan organisasi sosial yang digunakan suku Sasak dan Bali ?
6.      Apkaha Sistem peralatan hidup dan teknologi yang digunakan suku Sasak dan Bali?
7.      Apakah Sistem Mata pencaharian dan ekonomi yang digunakan suku Sasak dan Bali?
8.      Apakah Sistem Religi yang dianut suku Sasak dan Bali ?
9.      Apakah Sistem Kesenian yang dimiliki suku Sasak dan Bali ?

C.     TUJUAN PENULISAN
1.      Untuk memahami sejarah singkat suku Sasak dan Bali.
2.      Untuk mengetahui dan memahamu Wujud kebudayaan yang dimiliki Suku Sasak dan Bali
3.      Untuk memahami sistem bahasa yang digunakan suku Sasak dan Bali
4.      Untuk memahami sistem pengetahuan yang dimiliki suku Sasak dan Bali
5.      Untuk Memahami sisem kekerabatan yang diterapkan suku Sasak  dan Blai
6.      Untuk memahami sistem peralatan hidup dan teknologi yang digunakan suku Sasak dan Bali
7.      Memahami sistem mata pencaharian dan ekonomi yang digunakan suku Sasak dan Bali
8.      Memahami sistem Religi yang diaut suku Sasak dan Bali
9.      Untuk memahami sistem kesenian yang dimiliki suku sasak dan Bali



BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Sejarah Suku Sasak
Untuk dapat menggali sejarah suku Sasak dapat dilihat dari beberapa sumber tertulis diantaranya dari babad Lombok dan babad suwung. Menurut dua sumber ini sudah ada kerajaan yang lebih tua dibandingkan dengan kerajaan Sasak. Menurut babad Lombok sudah berdiri terlebih dahulu kerajaan Kerajaan Laeq (dalam bahasa Sasak Laeq berarti waktu lampau), namun Babad Suwung, menyatakan jika kerajaan tertua yang ada di Lombok adalah Kerajaan Suwung yang dibangun dan dipimpin oleh Raja Betara Indera dan kemudian kerajaan ini redup. Kerajaan Sasak sendiri berdiri pada abadke-9 dan ke -11, namun kerajaan sasak mampu dikalahkan oleh salah satu kerajaan dari Bali.
Sejarah Lombok tidak lepas dari silih bergantinya penguasaan dan peperangan yang terjadi di dalamnya baik konflik internal, yaitu peperangan antar kerjaan di lombok maupun ekternal yaitu penguasaan dari kerajaan dari luar pulau Lombok. Perkembangan era Hindu, Budha, memunculkan beberapa kerajaan seperti selaparang Hindu, Bayan. Kereajaan-kerajaan tersebut dalam perjalannya di tundukan oleh penguasaan kerajaan Majapahit dari ekspedisi Gajah Mada pada abad XIII – XIV dan penguasaan kerajaan    Gel – Gel dari Bali pada abad VI. Antara Jawa, Bali dan Lomboq mempunyai beberapa kesamaan budaya seperti dalam bahasa dan tulisan jika di telusuri asal – usul mereka banyak berakar dari Hindu Jawa hal itu tidak lepas dari pengaruh penguasaan kerajaan Majapahit yang kemungkinan mengirimkan anggota keluarganya untuk memerintah atau membangun kerajaan di Lomboq.
Suku Sasak merupakan etnis mayoritas penghuni pulau Lomboq, suku sasak merupakan etnis utama meliputi hampir 95% penduduk seluruhnya. Bukti lain juga menyatakan bahwa berdasarkan prasasti tong – tong yang ditemukan di Pujungan, Bali, Suku sasak sudah menghuni pulau Lomboq sejak abad IX sampai XI masehi, Kata sasak pada prasasti tersebut mengacu pada tempat suku bangsa atau penduduk seperti kebiasaan orang Bali sampai saat ini sering menyebut pulau Lomboq dengan gumi sasak yang berarti tanah, bumi atau pulau tempat bermukimnya orang sasak.
Pengaruh Bali memang sangat kental dalam kebudayaan Lomboq hal tersebut tidak lepas dari ekspansi yang dilakukan kerajaan Bali sekitar tahun 1740 di bagian barat pulau Lomboq dalam waktu yang cukup lama. Sehingga banyak terjadi akulturasi antara budaya lokal dengan kebudayaan kaum pendatang hal tersebut dapat dilihat dari terjelmanya genre – genre campuran dalam kesenian. Banyak genre seni pertunjukan tradisional berasal atau diambil dari tradisi seni pertunjukan dari kedua etnik. Sasak dan Bali saling mengambil dan meminjam dan terciptalah genre kesenian baru yang menarik dan saling melengkapi
Gumi sasak silih berganti mengalami peralihan kekuasaan hingga ke era Islam yang melahirkan kerajaan Islam Selaparang dan Pejanggik. Islam masuk ke Lomboq sepanjang abad XVI ada beberapa versi masuknya Islam ke Lomboq yang pertama berasal dari Jawa masuk lewat Lomboq timur. Yang kedua pengIslaman berasal dari Makassar dan Sumbawa ketika ajaran tersebut diterima oleh kaum bangsawan ajaran tersebut dengan cepat menyebar ke kerajaan – kerajaan di Lomboq timur dan Lomboq tengah.


2.2  Unsur Kebudayaan Suku Sasak
2.2.1.      Bahasa
Suku sasak menggunakan bahasa Asli yaitu bahasa sasak. Bahasa ini juga memiliki tungkatan seperti halnya bahasa Jawa dan bahasa Bali. Bahasa ini terdiri dari tiga tingkatan yaitu : Halus dalem, Halus biasa dan Halus kasar ( Bahasa Pasar). Bahasa halus digunakan untuk berbicara dengan orang yang lebih tua atau orang yang dihormati
Untuk seluruh Lombok sendiri bahasa Sasak dapat dijumpai dalam empat macam dialek yang berbeda yakni dialek Lombok utara , tengah, timur laut dan tenggara. Selain itu dengan banyaknya penduduk suku Bali yang berdiam di Lombok (sebagian besar berasal dari eks Kerajaan Karangasem), di beberapa tempat terutama di Lombok Barat danKotamadya Mataram dapat dijumpai perkampungan yang menggunakan bahasa Bali sebagai bahasa percakapan sehari-hari.
Contoh : Baca (dibaca: Bace) , Menggosok (dibaca: Osok), Mandi (dibaca: Mandiq)

2.2.2.      Sistem Pengetahuan
Dalam kehidupan masyarakat sasak, rumah mempunyai fungsi penting, oleh karena itu perlu penghitungan yang cermat tentang waktu, hari dan tanggal untuk pembangunan,selain itu untuk merencanakan suatu upacara, pesta, atau mulai turun kesawah, mereka selalu memperhatikan waktu. Mereka percaya bilamana melakukan sesuatu pada hari baik maka akan memberikan hasil yang baik dan keberuntungan yang banyak, sebaliknya jika melakukan sesuatu pada hari yang jelek kemungkinan besar akan gagal atau mendapatkan hambatan bahkan bisa membawa musibah (Titto Adonis, 1989:100).
Penanggalan atau pengetahuan tentang waktu ini disebut dengan istilah Bintang Rowot. Yaitu penanggalan berdasankan Bntang Rowot yaitu gugusan bintang yang terletak disebah kiri atas orang yang memandangnya. Bintang rowot ini merupakan konsep penghitungan perjalanan bulan yang didasarkan pada pengamatan langsung digabungkan dengan konsep kalender Jawa dan Arab. Konsep ini diduga kuat merupakan hasil akulturasi kebudayaan antara kepercayaan Suku Sasak asli dan kebudayaan Jawa dan Arab.
Pengetahuan tentang konsep bintang rowot sendiri merupakan ajaran turun temurun dari nenek moyang yang hanya dikuasai oleh pemimpin-pemimpin adat. Petunjuk waktu ini digunakan untuk menunjukan waktu yang baik untuk menanam dan memanen bagi para petani. Para petani biasanya mendatangi pemimpin adat untuk mengetahui penghitungan waktu yang baik bagi mereka dalam bercocok tanam melalui petunjuk bintang rowot.
Orang Sasak menamai bulan berdasarkan nama bulan Arab yang penghitungannya berdasaran pada terbitnya bintang rowot. Bintang rowot biasanya muncul  pada tanggal 5, 15 atau 25. Maka orang sasak mengenal bulan satu itu sesuai dengan kapan bintang rowot muncul. Ciri khas kemunculan bintang rowot adalah tidak pernah muncul bersamaan dengan bintang pari atau dalam istilah orang sasak kedua gugusan bintang tersebut tidak pernah bertemu.Dalam penghitungan bintang rowot sendiri terbilang cukup unik, jumlah hari dalam setahun adalah 360 hari atau 30 hari dalm sebulan.
Untuk tahun diberikan perhitungan dalam satu windu atau delapan tahun dalam sewindu setiap tahun diberikan nama tertentu dengan nilainya atau nektu. Sistem penganggalan ini mengadopsi budaya dari Jawa. Titto Andonis dalam bukunya menyimpulkan bahwa ras uku sasak lebih condong menekankan pentingnya masa lalu disbanding masa kini maupun depan. Masih sedikit sekali mereka menyadari waktu yang akan datang berupa perencanaan hidup untuk merubah hidup mereka. Pendapat ini didasari dengan adanya sekolah dasar yang kurang menarik perhatian. Sebaliknya rasa bangga terhadap masa lalunya dengan membanggakan kehidupan para leluhurnya.
2.2.3.      Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
a.       Rumah Adat Suku Sasak
Rumah suku sasak masih memanfaatkan alam sebagi bahan utamanya. Atap rumah terbuat dari jerami sedangkan dindingnya atau gedek terbuat dari bamboo, namun dalam perkembangan selanjutnya ada yang dibuat setengah permanen. Lantainya terbuat dari tanah liat dan kotoran kerbau(Titto Adonis, 1989:36). Kotoran kerbau inilah yang membuat tanah menjadi keras. Untuk mengeraskan lantai juga bisa   Rumah adat suku Sasak hanya memiliki satu pintu berukuran sempit dan rendah, dan tidak memiliki jendela.
Dalam membangun rumah suku Sasak masih mempertahankan konsep penanggalan hari baik. Dan suku Sasak meyakini bahwa waktu yang baik untuk memulai membangun rumah adalah pada bulan ketiga dan bulan kedua belas penanggalan Sasak, yaitu bulan Rabiul Awal dan bulan Zulhijjah pada kalender Islam
Bangunan rumah dalam komplek perumahan Sasak terdiri dari beberapa macam, diantaranya adalah: Bale Tani Bale Jajar, Berugaq/Sekepat, Sekenam, Bale Bonter, Bale Beleq Bencingah, dan Bale Tajuk. Selain itu juga pada bangunan rumah adat suku sasak dilegkapi bangunan pendukung seperti seperti: samba (tempat menyimpan hasil pertanian), alang( Seperti halnya lumbung yang beratapkan alang-alang dan bangunan ini diletakan di bagian belakang rumah), dan lombung (tempat untuk menyimpan segala kebutuhan. Lumbung tidak sama dengan sambi dan alang[1], karena lumbung biasanya diletakkan di dalam rumah/kamar atau di tempat khusus diluar bangunan rumah. Lumbung berbentuk bulat, dibuat dari gulungan bedek kulitan dengan diameter 1,5 meter untuk lumbung yang ditempatkan di dalam rumah dan berdiameter 3 meter jika diletakkan di luar rumah.Bahan untuk membuat lumbung adalah bambu, bedek, dan papan kayu sebagai lantai. Di bawah papan lantainya dibuatkan pondasi dari tanah dan batu pada empat sudutnya. Atapnya disangga dengan tiang kayu atau bambu berbentuk seperti atap rumah tinggal.
b.      Alat mata pencaharian
·         Awis Jami   : Alat untuk memotong padi gogo dan padi 3B.Alat ini seperti sclurit Padi ini dipotong dengan cara nyolasin.
·         Lenggara     : Seperti bajak dengan dua ekor kerbau
·         Kodong      : Alat penangkap ikan yang terbuat dari bamboo yang bentuknya menyerupai sangkat burung. Dibawahnya dibuatkan lubang untuk jalan masuk bagi ikan.
·         Sorok          : Pukat kecil yang terbuat dari  benang yang diberi ytangkai rotan dan kayu lain  (Titto Adonis, 1989:27)

2.2.4.      Sistem Mata Pencaharian
Pada umumnya masyarakat suku Sasak bercirikan agraris karena itu kehidupan utamanya adalah hasil pertanian baik petanian diladang maupun pertanian di sawah selain pertanian diladang dan disawah mereka juga mempunyai pekerjaan sampingan yaitu membuat anyaman dan menenun akan tetapi pekerjaan sampingan ini mereka melakukannya hanya sebagai pengisi waktu dalam menunggu panen.
A.    Pertanian
Suku Sasak dalam hal pertanian mengenal pertanian disawah dan diladang..  Dalam pertanian sawah untuk memngerjalan tanah sebelum di tanamai masyarakat suku sasak memiliki beberapa cara. Yang pertama adalah Membole, yaitu dengan cara melepaskan puluhan ekor kerbau ke sawah yang telah digenangi air. Injakan kaki berbau yang jumlahnya antara 15 hingga 35 ekor ini dapat membuat tanah menjadi gembur. Yang kedua adalah dengan Menggara, yaitu dengan membajak sawak menggunakan alat bajak yang ditarik dua ekor kerbau. (Titto Adonis, 1989:16-18) Tanaman yang biasanya ditaman adalah padi B3 dan padi bulu
Dalam pertanian ladang hal pertama yang dapat dilakukan adalah bungkah, yaitu mencangkul tanah ladang dan membersihkanya dari rumput-rumput dan bekas penanaman sebelumnya. Penolahan yang kedua adalah dengan membuat barisan tanah untuk menanam tanaman. Tanaman yang ditanam biasanya Kacang ijo, kacang panjang, dan Gandum (buleleng). Karena pertanian ladang tergantung pada air hujan maka pada musim kemarau masyarakat tidak mengerjakan ladang.
B.     Perernakan dan Perikanan
Perternakan yang diusahakan adalah perternakan sapi, kerbau, kambing dan ayam. Pemeliharaan kerbau sendiri digunakan untuk tenaga pertanian, yaitu untuk mengerjakan tanah. Untuk perikanan biasanya penduduk memelihara ikan nila. Selain memelihara ikan penduduk juga sering menagkap ikan dari alam
C.     Membuat kerajinan
Kerajinan yang dibuat adalah kerajinan dari anyaman misalnya adalah Gesek, yaitu tas yang terbuat dari ayaman yang biasa digunakan para petani untuk pergi kesawah dan keladang. Yang kedua adalah kerajinan dari tanah liat yang bisanya digunakan untuk memasak. Selanjutnya adalah tenunan yang mereka gunakan sebagai baju jika berlebih akan mereka jual.

2.2.5.      Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial
Suku sasak masih menggunakan sistem pelapisan sosial yang didasarkan pada keturunan yang berasal dari pihak laki-laki ( Patrilineal). Pelapisan sosial di suku Sasak sendiri dikenal dengan naman wangsa. Pelapisan sosial dibagi dalam 3 bagian besar yaitu :
a.         Perwangsa raden , yang merupakan tingkatan paling tinggi. Ebutan untuk pria di kelas ini adalah raden, sedangkan untuk wanita adalah denda
b.        Triwangsa. Memakai gelar Lalu untuk pria dan Baiq untuk wanitanya.
c.         Jajar karang. Panggialan untuk laki-lakinya adalah log. Dan untuk wanita le.
Dalam pelapisan sosial ini setiap lapisan memiliki perbedaan hak. Para bangsawan memiliki hak-hak khusus yang tidak dimiliki oleh golongan yang ada dibawahnya yaitu hak untuk tidak melakukan gotong royong. Hak-hak seperti inilah yang kemudian diteruskan kaum colonial dengan maksud agar lebih mudah memeras masyarakat. Perbedaan dalam kelas masyarakat tidak membawa kewajiban-kewajiban secara khusus karena statusnya. Kebanyakan kelas bangsawan adalah pemegang kekuasaan baik kepala desa, kepala distrik yang berkewajiban meneruskan perintah dari atasan.  Dalam bidang peranan di masyarakat perbedaan pelapisan tidak menunjukan peranan yang lebih besar satu dengan yang lainya. Semua anggota lapisan masyarakat harus menjunjung tingga agama dan adat.
2.2.6.      Sistem Religi
Dalam sistem Religi terdapat dua golongan :
a.       Golongan yang pertama menjalankan ajaran agama Islam dengan baik, yaitu dengan melakukan shalat 5 kali dalam sehari, para penganut ajaran ini mempraktikkan shalat wajib hanya pada tiga waktu saja. Konon hal ini terjadi karena penyebar Islam saat itu mengajarkan agama Islam secara bertahap dan karena suatu hal tidak sempat menyempurnakan dakwahnya. Kepercayaan ini disebut dengan Islam Wetu Telu.  Saat Saat ini para penganut Islam Wetu Telu sudah sangat berkurang, dan hanya terbatas pada generasi-generasi tua di daerah tertentu, sebagai akibat gencarnya para pendakwah Islam dalam usahanya meluruskan praktek tersebut.
b.      Golongan yang kedua mengakui Allah dan Nabi Muhammad, akan tetapi lebih banyak menjaga kesucian batin dan tingkah lakunya menurut ajaran nenek moyang, selain itu mereka banyak melakukan upacara di tempat yang dianggap di huni roh nenek moyang (kemali). Golongan kedua ini amat percaya bahwa di alam sekitar mereka hidup makhluk halus, batara guru, bidadari, bedodo, bake (hantu), belata, bebai, gegendu dan bermacam leya (makhluk jadi-jadian). Hal-hal yang berhubungan dengan perbuatan gaib dan magis mereka lakukan dengan bantuan belian (syaman).

2.2.7.      Sistem Kesenian
a.       Tarian
Ada beberapa jenis tarian yang merupakan tarian asli suku sasak. Diantaranya:
·      Tari Jangger : Tari ini biasanya dipentaskan pada saat upacara perkawinan, sunatan Kesenian ini merupakan tarian yang dilakukan oleh perempuan yang melantunkan tembang-tembang yang di iringi oleh musik gamelan Lombok.
·         Tari tandang Mendet /tarian Perang: merupakan salah satu tarian yang ada sejak jaman kejayaan kerajaan Selaparang yang menggambarkan oleh keprajuritan atau peperangan. Tarian ini dimainkan oleh belasan orang yang berpakaian lengkap dengan membawa tombak, tameng, kelewang (pedang) dan diiringi dengan gendang beleq serta sair-sair yang menceritakan tentang keperkasaan dan perjuangan, tarian ini bisa ditemui di Sembalun.

b.      Pertunjukan Musik
·         Gendang Beleq
Disebut Gendang Beleq karena salah satu alatnya adalah gendang beleq (gendang besar). Orkestra ini terdiri atas dua buah gendang beleq yang disebut gendang mama (laki-laki) dan gendang nina (perempuan), berfungsi sebagai pembawa dinamika.
·         Kesenian slober
Kesenian slober adalah salah satu jenis musik tradisional Lombok yang tergolong cukup tua, alat-alat musik nya sangat unik dan sederhana yang terbuat dari pelepah enau yang panjang nya 1 jengkal dan lebar 3 cm.
Kesenian slober didukung juga dengan peralatan lainnya yaitu gendang, petuk, rincik, gambus, seruling. Nama kesenian slober diambil dari salah seorang warga desa Pengadangan Kecamatan Pringgasela yang bernama Amaq Asih alias Amaq Slober.Kesenian ini salah satu kesenian yang masih eksis sampai saat ini yang biasanya dimainkan pada setiap bulan purnama.
c.       Pertunjukan sastra
Memaos atau membaca lontar yaitu lomba menceritakan hikayat kerajaan masa lampau, satu kelompok pepaos terdiri dari 3-4 orang, satu orang sebagai pembaca, satu orang sebagai pejangga dan satu or-ang sebagai pendukung vokal.
Tujuan pembacaan cerita ini untuk mengetahui kebudayaan masa lampau dan menanamkan nilai-nilai budaya generasi penerus. Kesenian memaos ini keberadaannya hampir punah sehingga periu diangkat kembali sebagai asset budaya daerah dan dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata khususnya wisata budaya.


[1] Lumbung tidak sama dengan sambi dan alang, karena lumbung biasanya diletakkan di dalam rumah/kamar atau di tempat khusus diluar bangunan rumah. Lumbung berbentuk bulat, dibuat dari gulungan bedek kulitan dengan diameter 1,5 meter untuk lumbung yang ditempatkan di dalam rumah dan berdiameter 3 meter jika diletakkan di luar rumah.Bahan untuk membuat lumbung adalah bambu, bedek, dan papan kayu sebagai lantai. Di bawah papan lantainya dibuatkan pondasi dari tanah dan batu pada empat sudutnya. Atapnya disangga dengan tiang kayu atau bambu berbentuk seperti atap rumah tinggal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan tinggalkan komentar ! Terimakasih...