BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Kebudayaan adalah perwujudan dari renungan,
pemikiran, kerja keras dan kearifan suatu masyarakat dalam beradaptasi dengan
lingkunganya untuk terus bertahan hidup. Indonesia sebagai Negara kepulauan
yang luas. Indonesia juga teridri dari banyak pulau yang memiliki kondisi
geografis yang berbeda-beda. Oleh karena itu tidak heran jika Indonesia
memiliki banyak suku bangsa dengan kebudayaan yang berbeda-beda. Diantaranya
suku bangsa jawa, Suku bangsa dayak, Suku bangsa sasak, Suku bangsa sasak dan
banyak suku bangsa lainya yang menjadikan Indonesia sebagai Negara
multicultural yang besar.
Untuk menganalisis kebudayaan secara menyeluruh
dapat dilakukan analisis dengan menggunankan Tujuh Unsur kebudayaan seperti
yang dikemukakan Koentjara Ningrat. Tujuh Unsur itu diantaranya : Bahasa, Sistem
Pengetahuan, Siatem kekerabatan dan organisasi sosial, Sistem peralatan hidup
dan teknologi, Sistem Mata pencaharian dan ekonomi, Sistem Religi dan
Kesenian. Begitu juga untuk emnganalisis
kebudayaan suku sasak.
Suku sasak adalah suku bangsa yang mendiami pulau
Lombok di Nusa Tengggara Baat. Era
Pra Sejarah tanah Lombok tidak jelas karena sampai saat ini belum ada data-data
dari para ahli serta bukti yang dapat menunjang tentang masa pra sejarah tanah
lombok.Suku Sasak temasuk dalam ras tipe melayu yang konon telah tinggal di
Lombok selama 2.000 tahun yang lalu dan diperkirakan telah menduduki daerah
pesisir pantai sejak 4.000 tahun yang lalu, dengan demikian perdangan antar
pulau sudah aktif terjadi sejak zaman tesebut dan bersamaan dengan itu saling
mempengaruhi antar budaya juga telah menyebar.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimanakah
sejarah singkat suku Sasak dan Bali?
2. Bagaimanakah
wujud kebudayaan yang dimiliki suku Sasak dan Bali?
3. Apakah
sisem bahasa yang digunakan oleh suku sasak dan Bali?
4. Apakah
sistem Sistem Pengetahuan yang digunakan suku sasak dan Bali ?
5. Apakah
Sistem kekerabatan dan organisasi sosial yang digunakan suku Sasak dan Bali ?
6. Apkaha
Sistem peralatan hidup dan teknologi yang digunakan suku Sasak dan Bali?
7. Apakah
Sistem Mata pencaharian dan ekonomi yang digunakan suku Sasak dan Bali?
8. Apakah
Sistem Religi yang dianut suku Sasak dan Bali ?
9. Apakah
Sistem Kesenian yang dimiliki suku Sasak dan Bali ?
C. TUJUAN
PENULISAN
1. Untuk
memahami sejarah singkat suku Sasak dan Bali.
2. Untuk
mengetahui dan memahamu Wujud kebudayaan yang dimiliki Suku Sasak dan Bali
3. Untuk
memahami sistem bahasa yang digunakan suku Sasak dan Bali
4. Untuk
memahami sistem pengetahuan yang dimiliki suku Sasak dan Bali
5. Untuk
Memahami sisem kekerabatan yang diterapkan suku Sasak dan Blai
6. Untuk
memahami sistem peralatan hidup dan teknologi yang digunakan suku Sasak dan
Bali
7. Memahami
sistem mata pencaharian dan ekonomi yang digunakan suku Sasak dan Bali
8. Memahami
sistem Religi yang diaut suku Sasak dan Bali
9. Untuk
memahami sistem kesenian yang dimiliki suku sasak dan Bali
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah
Suku Sasak
Untuk
dapat menggali sejarah suku Sasak dapat dilihat dari beberapa sumber tertulis
diantaranya dari babad Lombok dan babad suwung. Menurut dua sumber ini sudah
ada kerajaan yang lebih tua dibandingkan dengan kerajaan Sasak. Menurut babad
Lombok sudah berdiri terlebih dahulu kerajaan Kerajaan Laeq (dalam bahasa Sasak Laeq berarti
waktu lampau), namun Babad Suwung, menyatakan jika kerajaan tertua yang ada di
Lombok adalah Kerajaan Suwung yang dibangun dan dipimpin oleh Raja Betara
Indera dan kemudian kerajaan ini redup. Kerajaan Sasak sendiri berdiri pada
abadke-9 dan ke -11, namun kerajaan sasak mampu dikalahkan oleh salah satu
kerajaan dari Bali.
Sejarah Lombok tidak lepas dari silih bergantinya penguasaan
dan peperangan yang terjadi di dalamnya baik konflik internal, yaitu peperangan
antar kerjaan di lombok maupun ekternal yaitu penguasaan dari kerajaan dari
luar pulau Lombok. Perkembangan era Hindu, Budha, memunculkan beberapa kerajaan
seperti selaparang Hindu, Bayan. Kereajaan-kerajaan tersebut dalam perjalannya
di tundukan oleh penguasaan kerajaan Majapahit dari ekspedisi Gajah Mada pada
abad XIII – XIV dan penguasaan kerajaan Gel – Gel dari Bali
pada abad VI. Antara Jawa, Bali dan Lomboq mempunyai beberapa kesamaan budaya
seperti dalam bahasa dan tulisan jika di telusuri asal – usul mereka banyak
berakar dari Hindu Jawa hal itu tidak lepas dari pengaruh penguasaan kerajaan
Majapahit yang kemungkinan mengirimkan anggota keluarganya untuk memerintah
atau membangun kerajaan di Lomboq.
Suku Sasak merupakan etnis mayoritas penghuni pulau Lomboq,
suku sasak merupakan etnis utama meliputi hampir 95% penduduk seluruhnya. Bukti
lain juga menyatakan bahwa berdasarkan prasasti tong – tong yang ditemukan di
Pujungan, Bali, Suku sasak sudah menghuni pulau Lomboq sejak abad IX sampai XI
masehi, Kata sasak pada prasasti tersebut mengacu pada tempat suku bangsa atau penduduk
seperti kebiasaan orang Bali sampai saat ini sering menyebut pulau Lomboq
dengan gumi sasak yang berarti tanah, bumi atau pulau tempat bermukimnya orang
sasak.
Pengaruh Bali memang sangat kental dalam kebudayaan Lomboq
hal tersebut tidak lepas dari ekspansi yang dilakukan kerajaan Bali sekitar
tahun 1740 di bagian barat pulau Lomboq dalam waktu yang cukup lama. Sehingga
banyak terjadi akulturasi antara budaya lokal dengan kebudayaan kaum pendatang
hal tersebut dapat dilihat dari terjelmanya genre – genre campuran dalam
kesenian. Banyak genre seni pertunjukan tradisional berasal atau diambil dari
tradisi seni pertunjukan dari kedua etnik. Sasak dan Bali saling mengambil dan
meminjam dan terciptalah genre kesenian baru yang menarik dan saling melengkapi
Gumi
sasak silih berganti mengalami peralihan kekuasaan hingga ke era Islam yang
melahirkan kerajaan Islam Selaparang dan Pejanggik. Islam masuk ke Lomboq
sepanjang abad XVI ada beberapa versi masuknya Islam ke Lomboq yang pertama
berasal dari Jawa masuk lewat Lomboq timur. Yang kedua pengIslaman berasal dari
Makassar dan Sumbawa ketika ajaran tersebut diterima oleh kaum bangsawan ajaran
tersebut dengan cepat menyebar ke kerajaan – kerajaan di Lomboq timur dan
Lomboq tengah.
2.2 Unsur
Kebudayaan Suku Sasak
2.2.1.
Bahasa
Suku sasak menggunakan bahasa Asli yaitu bahasa
sasak. Bahasa ini juga memiliki tungkatan seperti halnya bahasa Jawa dan bahasa
Bali. Bahasa ini terdiri dari tiga tingkatan yaitu : Halus dalem, Halus biasa
dan Halus kasar ( Bahasa Pasar). Bahasa halus digunakan untuk berbicara dengan
orang yang lebih tua atau orang yang dihormati
Untuk seluruh Lombok sendiri
bahasa Sasak dapat dijumpai dalam empat macam dialek yang berbeda yakni dialek
Lombok utara , tengah, timur laut dan tenggara. Selain itu dengan banyaknya
penduduk suku Bali yang
berdiam di Lombok (sebagian besar berasal dari eks Kerajaan Karangasem),
di beberapa tempat terutama di Lombok
Barat danKotamadya
Mataram dapat dijumpai perkampungan yang menggunakan bahasa
Bali sebagai
bahasa percakapan sehari-hari.
Contoh
: Baca (dibaca: Bace) , Menggosok (dibaca: Osok), Mandi (dibaca: Mandiq)
2.2.2. Sistem
Pengetahuan
Dalam kehidupan
masyarakat sasak, rumah mempunyai fungsi penting, oleh karena itu perlu
penghitungan yang cermat tentang waktu, hari dan tanggal untuk
pembangunan,selain itu untuk merencanakan suatu upacara, pesta, atau mulai
turun kesawah, mereka selalu memperhatikan waktu. Mereka percaya bilamana
melakukan sesuatu pada hari baik maka akan memberikan hasil yang baik dan keberuntungan
yang banyak, sebaliknya jika melakukan sesuatu pada hari yang jelek kemungkinan
besar akan gagal atau mendapatkan hambatan bahkan bisa membawa musibah (Titto
Adonis, 1989:100).
Penanggalan atau
pengetahuan tentang waktu ini disebut dengan istilah Bintang Rowot. Yaitu
penanggalan berdasankan Bntang Rowot yaitu gugusan bintang yang terletak
disebah kiri atas orang yang memandangnya. Bintang
rowot ini merupakan konsep penghitungan perjalanan bulan yang didasarkan pada
pengamatan langsung digabungkan dengan konsep kalender Jawa dan Arab. Konsep
ini diduga kuat merupakan hasil akulturasi kebudayaan antara kepercayaan Suku
Sasak asli dan kebudayaan Jawa dan Arab.
Pengetahuan tentang konsep bintang rowot sendiri
merupakan ajaran turun temurun dari nenek moyang yang hanya dikuasai oleh
pemimpin-pemimpin adat. Petunjuk waktu ini digunakan untuk menunjukan waktu
yang baik untuk menanam dan memanen bagi para petani. Para petani biasanya mendatangi
pemimpin adat untuk mengetahui penghitungan waktu yang baik bagi mereka dalam
bercocok tanam melalui petunjuk bintang rowot.
Orang Sasak menamai bulan berdasarkan nama bulan Arab
yang penghitungannya berdasaran pada terbitnya bintang rowot. Bintang rowot
biasanya muncul pada tanggal 5, 15 atau 25. Maka orang sasak mengenal
bulan satu itu sesuai dengan kapan bintang rowot muncul. Ciri khas kemunculan
bintang rowot adalah tidak pernah muncul bersamaan dengan bintang pari atau
dalam istilah orang sasak kedua gugusan bintang tersebut tidak pernah
bertemu.Dalam penghitungan bintang rowot sendiri terbilang cukup unik, jumlah
hari dalam setahun adalah 360 hari atau 30 hari dalm sebulan.
Untuk
tahun diberikan perhitungan dalam satu windu atau delapan tahun dalam sewindu
setiap tahun diberikan nama tertentu dengan nilainya atau nektu. Sistem
penganggalan ini mengadopsi budaya dari Jawa. Titto Andonis dalam bukunya menyimpulkan
bahwa ras uku sasak lebih condong menekankan pentingnya masa lalu disbanding
masa kini maupun depan. Masih sedikit sekali mereka menyadari waktu yang akan
datang berupa perencanaan hidup untuk merubah hidup mereka. Pendapat ini
didasari dengan adanya sekolah dasar yang kurang menarik perhatian. Sebaliknya
rasa bangga terhadap masa lalunya dengan membanggakan kehidupan para
leluhurnya.
2.2.3. Sistem
Peralatan Hidup dan Teknologi
a.
Rumah
Adat Suku Sasak
Rumah
suku sasak masih memanfaatkan alam sebagi bahan utamanya. Atap rumah terbuat
dari jerami sedangkan dindingnya atau gedek terbuat dari bamboo, namun dalam
perkembangan selanjutnya ada yang dibuat setengah permanen. Lantainya terbuat
dari tanah liat dan kotoran kerbau(Titto Adonis, 1989:36). Kotoran kerbau
inilah yang membuat tanah menjadi keras. Untuk mengeraskan lantai juga
bisa Rumah adat suku Sasak hanya memiliki
satu pintu berukuran sempit dan rendah, dan tidak memiliki jendela.
Dalam membangun rumah suku Sasak masih mempertahankan konsep
penanggalan hari baik. Dan suku Sasak meyakini bahwa waktu yang baik untuk
memulai membangun rumah adalah pada bulan ketiga dan bulan kedua belas
penanggalan Sasak, yaitu bulan Rabiul Awal dan bulan Zulhijjah pada kalender
Islam
Bangunan
rumah dalam komplek perumahan Sasak terdiri dari beberapa macam, diantaranya
adalah: Bale Tani Bale Jajar, Berugaq/Sekepat, Sekenam, Bale Bonter, Bale Beleq
Bencingah, dan Bale Tajuk. Selain itu juga pada bangunan rumah adat suku sasak
dilegkapi bangunan pendukung seperti seperti: samba (tempat menyimpan hasil
pertanian), alang( Seperti halnya lumbung yang beratapkan alang-alang dan
bangunan ini diletakan di bagian belakang rumah), dan lombung (tempat untuk
menyimpan segala kebutuhan. Lumbung tidak sama dengan sambi dan alang[1], karena lumbung biasanya
diletakkan di dalam rumah/kamar atau di tempat khusus diluar bangunan rumah.
Lumbung berbentuk bulat, dibuat dari gulungan bedek kulitan dengan diameter 1,5
meter untuk lumbung yang ditempatkan di dalam rumah dan berdiameter 3 meter
jika diletakkan di luar rumah.Bahan untuk membuat lumbung adalah bambu, bedek,
dan papan kayu sebagai lantai. Di bawah papan lantainya dibuatkan pondasi dari
tanah dan batu pada empat sudutnya. Atapnya disangga dengan tiang kayu atau
bambu berbentuk seperti atap rumah tinggal.
b.
Alat mata pencaharian
·
Awis Jami : Alat untuk
memotong padi gogo dan padi 3B.Alat ini seperti sclurit Padi ini dipotong
dengan cara nyolasin.
·
Lenggara : Seperti bajak dengan dua ekor kerbau
·
Kodong : Alat
penangkap ikan yang terbuat dari bamboo yang bentuknya menyerupai sangkat
burung. Dibawahnya dibuatkan lubang untuk jalan masuk bagi ikan.
·
Sorok : Pukat
kecil yang terbuat dari benang yang
diberi ytangkai rotan dan kayu lain (Titto Adonis, 1989:27)
2.2.4. Sistem
Mata Pencaharian
Pada umumnya masyarakat suku Sasak bercirikan
agraris karena itu kehidupan utamanya adalah hasil pertanian baik petanian
diladang maupun pertanian di sawah selain pertanian diladang dan disawah mereka
juga mempunyai pekerjaan sampingan yaitu membuat anyaman dan menenun akan
tetapi pekerjaan sampingan ini mereka melakukannya hanya sebagai pengisi waktu
dalam menunggu panen.
A.
Pertanian
Suku Sasak dalam hal pertanian mengenal
pertanian disawah dan diladang.. Dalam
pertanian sawah untuk memngerjalan tanah sebelum di tanamai masyarakat suku
sasak memiliki beberapa cara. Yang pertama adalah Membole, yaitu dengan cara melepaskan puluhan ekor kerbau ke sawah
yang telah digenangi air. Injakan kaki berbau yang jumlahnya antara 15 hingga
35 ekor ini dapat membuat tanah menjadi gembur. Yang kedua adalah dengan Menggara, yaitu dengan membajak sawak
menggunakan alat bajak yang ditarik dua ekor kerbau. (Titto Adonis, 1989:16-18)
Tanaman yang biasanya ditaman adalah padi B3 dan padi bulu
Dalam pertanian ladang hal pertama yang dapat
dilakukan adalah bungkah, yaitu
mencangkul tanah ladang dan membersihkanya dari rumput-rumput dan bekas
penanaman sebelumnya. Penolahan yang kedua adalah dengan membuat barisan tanah
untuk menanam tanaman. Tanaman yang ditanam biasanya Kacang ijo, kacang
panjang, dan Gandum (buleleng).
Karena pertanian ladang tergantung pada air hujan maka pada musim kemarau
masyarakat tidak mengerjakan ladang.
B.
Perernakan
dan Perikanan
Perternakan yang diusahakan adalah perternakan sapi, kerbau, kambing dan
ayam. Pemeliharaan kerbau sendiri digunakan untuk tenaga pertanian, yaitu untuk
mengerjakan tanah. Untuk perikanan biasanya penduduk memelihara ikan nila.
Selain memelihara ikan penduduk juga sering menagkap ikan dari alam
C.
Membuat
kerajinan
Kerajinan yang dibuat adalah kerajinan dari anyaman misalnya adalah Gesek, yaitu tas yang terbuat dari
ayaman yang biasa digunakan para petani untuk pergi kesawah dan keladang. Yang
kedua adalah kerajinan dari tanah liat yang bisanya digunakan untuk memasak.
Selanjutnya adalah tenunan yang mereka gunakan sebagai baju jika berlebih akan
mereka jual.
2.2.5. Sistem
Kekerabatan dan Organisasi Sosial
Suku sasak masih menggunakan sistem pelapisan
sosial yang didasarkan pada keturunan yang berasal dari pihak laki-laki ( Patrilineal). Pelapisan sosial di suku
Sasak sendiri dikenal dengan naman wangsa. Pelapisan sosial dibagi dalam 3
bagian besar yaitu :
a.
Perwangsa raden , yang merupakan tingkatan paling tinggi.
Ebutan untuk pria di kelas ini adalah raden,
sedangkan untuk wanita adalah denda
b.
Triwangsa. Memakai gelar Lalu
untuk pria dan Baiq untuk wanitanya.
c.
Jajar karang. Panggialan untuk laki-lakinya adalah log. Dan untuk wanita le.
Dalam
pelapisan sosial ini setiap lapisan memiliki perbedaan hak. Para bangsawan
memiliki hak-hak khusus yang tidak dimiliki oleh golongan yang ada dibawahnya
yaitu hak untuk tidak melakukan gotong royong. Hak-hak seperti inilah yang
kemudian diteruskan kaum colonial dengan maksud agar lebih mudah memeras
masyarakat. Perbedaan dalam kelas masyarakat tidak membawa kewajiban-kewajiban secara
khusus karena statusnya. Kebanyakan kelas bangsawan adalah pemegang kekuasaan
baik kepala desa, kepala distrik yang berkewajiban meneruskan perintah dari
atasan. Dalam bidang peranan di
masyarakat perbedaan pelapisan tidak menunjukan peranan yang lebih besar satu
dengan yang lainya. Semua anggota lapisan masyarakat harus menjunjung tingga
agama dan adat.
2.2.6.
Sistem
Religi
Dalam sistem Religi terdapat dua golongan :
a.
Golongan yang pertama menjalankan ajaran agama Islam dengan
baik, yaitu dengan melakukan shalat 5 kali dalam sehari, para penganut ajaran
ini mempraktikkan shalat wajib hanya pada tiga waktu saja. Konon hal ini
terjadi karena penyebar Islam saat itu mengajarkan agama Islam secara bertahap
dan karena suatu hal tidak sempat menyempurnakan dakwahnya. Kepercayaan ini
disebut dengan Islam Wetu Telu. Saat Saat ini para penganut Islam Wetu
Telu sudah sangat berkurang, dan hanya terbatas pada generasi-generasi tua di
daerah tertentu, sebagai akibat gencarnya para pendakwah Islam dalam usahanya
meluruskan praktek tersebut.
b.
Golongan yang kedua mengakui Allah dan Nabi Muhammad, akan
tetapi lebih banyak menjaga kesucian batin dan tingkah lakunya menurut ajaran
nenek moyang, selain itu mereka banyak melakukan upacara di tempat yang
dianggap di huni roh nenek moyang (kemali). Golongan
kedua ini amat percaya bahwa di alam sekitar mereka hidup makhluk halus, batara
guru, bidadari, bedodo, bake (hantu),
belata, bebai, gegendu dan bermacam leya (makhluk jadi-jadian). Hal-hal yang
berhubungan dengan perbuatan gaib dan magis mereka lakukan dengan bantuan
belian (syaman).
2.2.7.
Sistem
Kesenian
a.
Tarian
Ada beberapa jenis tarian yang merupakan tarian asli suku sasak.
Diantaranya:
· Tari Jangger : Tari ini biasanya dipentaskan
pada saat upacara perkawinan, sunatan Kesenian ini merupakan tarian yang dilakukan oleh perempuan yang
melantunkan tembang-tembang yang di iringi oleh musik gamelan Lombok.
·
Tari tandang Mendet /tarian Perang: merupakan salah satu tarian
yang ada sejak jaman kejayaan kerajaan Selaparang yang menggambarkan oleh
keprajuritan atau peperangan. Tarian ini dimainkan oleh belasan orang yang
berpakaian lengkap dengan membawa tombak, tameng, kelewang (pedang) dan
diiringi dengan gendang beleq serta sair-sair yang menceritakan tentang
keperkasaan dan perjuangan, tarian ini bisa ditemui di Sembalun.
b.
Pertunjukan
Musik
·
Gendang Beleq
Disebut Gendang Beleq karena salah satu alatnya adalah gendang
beleq (gendang besar). Orkestra ini terdiri atas dua buah gendang beleq yang
disebut gendang mama (laki-laki) dan gendang nina (perempuan), berfungsi
sebagai pembawa dinamika.
·
Kesenian slober
Kesenian slober adalah
salah satu jenis musik tradisional Lombok yang tergolong cukup tua, alat-alat
musik nya sangat unik dan sederhana yang terbuat dari pelepah enau yang panjang
nya 1 jengkal dan lebar 3 cm.
Kesenian
slober didukung juga dengan peralatan lainnya yaitu gendang, petuk, rincik,
gambus, seruling. Nama kesenian slober diambil dari salah seorang warga desa
Pengadangan Kecamatan Pringgasela yang bernama Amaq Asih alias Amaq Slober.Kesenian
ini salah satu kesenian yang masih eksis sampai saat ini yang biasanya
dimainkan pada setiap bulan purnama.
c.
Pertunjukan sastra
Memaos atau membaca lontar yaitu lomba
menceritakan hikayat kerajaan masa lampau, satu kelompok pepaos terdiri dari 3-4
orang, satu orang sebagai pembaca, satu orang sebagai pejangga dan satu or-ang
sebagai pendukung vokal.
Tujuan pembacaan cerita ini untuk mengetahui
kebudayaan masa lampau dan menanamkan nilai-nilai budaya generasi penerus.
Kesenian memaos ini keberadaannya hampir punah sehingga periu diangkat kembali
sebagai asset budaya daerah dan dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata
khususnya wisata budaya.
[1] Lumbung tidak sama dengan sambi dan alang,
karena lumbung biasanya diletakkan di dalam rumah/kamar atau di tempat khusus
diluar bangunan rumah. Lumbung berbentuk bulat, dibuat dari gulungan bedek
kulitan dengan diameter 1,5 meter untuk lumbung yang ditempatkan di dalam rumah
dan berdiameter 3 meter jika diletakkan di luar rumah.Bahan untuk membuat
lumbung adalah bambu, bedek, dan papan kayu sebagai lantai. Di bawah papan
lantainya dibuatkan pondasi dari tanah dan batu pada empat sudutnya. Atapnya
disangga dengan tiang kayu atau bambu berbentuk seperti atap rumah tinggal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tinggalkan komentar ! Terimakasih...