BAB II
PEMBAHASAN
Fasisme adalah
sebuah faham yang mengangungkan kekuatan absolut tanpa demokrasi, dimana negara
mempunyai kewenangan untuk membuat warganegaranya seragam dalam menjalani
disiplin tertentu dalam rangka meraih tujuan-tujuan moral dan kultural. Negara
diberi kewenangan untuk mengendalikan kegiatan warganya. Pemerintah fasis
selalu otoriter dan totalitarien. Dimana jika ada seseorang yang tidak tunduk
kepada negara atau kekuasaan politik akan disingkirkan (Arif Purnomo, 2007 :
14).
A. Pemikir awal
1.
Hegel
Fasisme
merupakan perkembangan radikal terhadap teori negara yang dikembangkan Hegel,
dimana dalam teori negara tersebut menjelaskan bahwa terdapat pemberian kekuasaan yang besar kepada
negara, hal ini terjadi dikarenakan karena ada pertentangan kepentingan pribadi
dari Individu yang egoistis melawan kepentingan umum yang lebih besar.
Dalam satu kesempatan Hegel pernah mengemukakan bahwa pengorbanan yang
diberikan Individu kepada negaranya merupakan ikatan Substansial antara negara
dengan seluruh anggotanya. Dengan demikian pengorbanan tersebut dapat dipandang
sebagai manifestasi dari tugas individu kepada bangsa dan negaranya.
Disamping
berusaha untuk mewujudkan cita-cita Hegel, Fasisme juga cenderung menganut
moralisme Hegel yang selalu didengungkan Hegel dan diperjuangkan Pula oleh
Kant, Fitche, Green, Carly, ataupun Mazzin. Sesuai dengan ajaran tersebut,
orang seyogyanya menganut kebijakan daripada memenuhi kesenangan pribadi. Ia
harus lebih mementingkan tugas dan kewajiban dari pada menuntut hak semata-mata,
dan pengorbanan diri atas nama masyarakat tidak harus dilaksanakan atas dasar
kepentingan diri sendiri.
2.
Charles
Darwin
Darwinisme
memberikan pembenaran bagi pertumpahan darah, jika ada seseorang yang tidak
tunduk kepada negara harus disingkirkan. Teori Darwin perang dan konflik
memberi pembenaran jika konsekuensi logis dari fasisme adalah menentang hukum
dan ketertiban nasional atau perang hal ini didasarkan oleh ketiksamaan
martabat manusia, elitisem, rasialisme, dan imperaliasme. Kaum fasis mengangkat
derajad perang ketingkat idealisme, karna seperti dikatakan mussolini “ hanya
perang yang memungkinkan pemanfaatna tenaga manusia pada tingkat kegunaannnya
yang maksimal dan memberikan gelar kebangsawanan kepada mereka yang berani
menghadapinya.
B. Pendukung pemikiran :
Ø Nicolo
Machiavelli dalam bukunya The Prince,
dia menyatakan bahwa seorang penguasa yang ingin berkuasa dan mempertahankan
kekuasaannya haruslah menggunakan tipu muslihat dan dusta digabung dengan
kekejamanan. Untuk mencapai suatu keberhasilah seorang pangeran harus
mengabaikan pertimbangan moral sepenuhnya serta mengandalkan segala sesuatu
atas kekuatan dan kelicikan. Dalam buku tersebut Machiavelli menekankan diatas
segala-galanya yang terpenting adalah suatu negara atau penguasa harus memiliki
kekuatan.
Dalam
tulisanya ini secara tidak langsung ia juga menerapkan pemikiran dalam teori
negara Hegel diaman terdapat pemberian kekuasaan besar terhadap negara. Namun
ia menerapkan kekuasaan itu untuk penguasa. Ia juga mengadopsi pemikiran dari
teori konflik dan perang milik Darwin dimana perlu kekuatan untuk dapat bertahan.
(Wahyu Murtiningsih,2012:74)
Ø Teori
Marx tentang perjuangan kelas telah dirumuskan dalam fasisme dengan alur yang
berbeda. Dalam hal ini dapa diterapkan dalam ruang lingkup yang lebih luas,
yaitu dengan lingkup antar negara, masing-masing negara mempunyai tuntutan yang
sama, yaitu untuk kedudukan yang sama dalam hubungan antar negara.
C.
Konteks
Sosial
Dalam Perang Dunia I pada tahun 1915, Italia memperoleh
kemenangan namun hanya mendaptkan sedikit keuntungan . Dalam kehidupan masyarakat Italia Perang
berkepanjangan menghabiskan banyak biaya besar dan menimbulkan berbagai
keresahan dalam berbagai kalangan. Sejalan dengan hal itu banyak pemikiran dan
gagasan dilontarkan orang dan tidak sedikit pula usaha-usaha yang dilakukan
untuk mencoba mengatasi keadaan tersebut, namun banyak tantangan yang harus
dihadapi, terlebih lagi dengan melihat struktur ekonomi negara yang sudah
sedemikian parah, dan tersendatnya pelaksanaan sistem demokrasi serta belum
berhasilnya parlemen dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Saat- saat semacam itu banyak
pehatian mulai diarahkan pada Benito Musolini, yang pada masa itu dianggap
sebagai salah satu tokoh terkemuka dalam gerakan sosialis Italia sampai tahun
1914. Pada maret 1919 Mosolini mengorganisir suatu gerakan yang disebut Fasci
di Camattimento dengan tujuan mengembalikan Italia menuju Kejayaannya. Benito
mussolini menyuarakan untuk mengembalikan masa-masa kejayaan Romawi.
Sedangkan
fasis dijerman yang dipimpin oleh Hitler dilatar belakangi oleh pemikran jika
Jerman merasa superior tetapi dalam hal ekonomi masih dibawah kendala Yahudi,
oleh karena itu mereka ingin bebas dari pengeruh bangsa Yahudi terhadap
perekonomian Jerman.
D.
Konsep
Pemikira
Negara memiliki suatu Kehidupan, kesatuan,
dan kewenangan yang tidak selalu sama dengan yang diinginkan individu. Orang
dibuat seragam dan menjalani disiplin tertentu dalam rangka meraih
tujuan-tujuan moral dan Kultural. Pemerintahan negara diberi wewenang untuk
mengendalikan kegiatan warganegaranya buruh dan pemilik modal harus dapat
bekerja seiring dan kalau perlu dalam pengawasan dan tekanan negara. Pemerintah
Fasis selalu otoliter dan totaliteral.
E. Awal Mula dijadikan
ideologi
Secara teori fasisime muncul ketika suatu
negara mengalami masa liberalisme yang sudah berada pada titik puncak. Secara
empiris fasisime muncul ketika ada seorang pemimpin yang memiliki kekuatan yang
sangat besar. Seperti fasisime yang berkembang di Italia yang muncul karena
tokoh Mussolini yang mempunyai kekuatan yang sangat besar.
Pada tahun 1919 gerakan Fascio yang
didirikan Mussolini menjadi gerakan politik ia membentuk kelompok bertempur
yang dikenal dengan “baju hitam” yang terdiri dari kumpulan penjahat dan
preman. Setelah gagal dalam pemilu ia mengembangkan paham kelompoknya sehingga
mulai mendapatkan pengaruh. Mereka adalah kaum fasis yang menolak parlemen dan
mengedepankan kekerasan fisik. Anarki pecah dimana-mana sehingga pemerintahan
liberal tak berdaya oleh karena itu raja Vick Emmanuel merasa takut dan
mengundang Mussolini ke istana lalu diberi posisi sebagai pemimpin. Pada 1922
raja memintanya membentuk pemerintahan baru jadilah Italia dikelola
pemerintahan fasis. (Fembri Satriya, 2008 : 44)
Dengan
dalih pemulihan Ketertiban negara, pasca Perang Dunia I, mereka mencoba
mengatasi masalah yang dihadapi negara dengan cara-cara yang keras. gerakan
Fasisme yang dipelopori oleh Musolini di
Italia ini akhirnya menarik simpatik masyarakat,
sehingga berhasil meluaskan pengaruhnya ke seantero Italia Sehingga dijadikan
suatu ideologi.
Dalam
jangka pendek fasisme ini, memang memulihkan keadaan yang ada. Fasisme bukan
sekedar sistem pemikiran yang terintegrasi, tetapi secara gradual menjelma
sebagai respon terhadap situasi dan kondisi yang sudah berlangsung. Namun dalam
perkembangannya ideologi fasisme ini berubah menjadi ideologi yang sangat
keras, otoliter dan mengagungkan kekerasan tanpa demokrasi.
F. Pendukung Ideologi
Fasisme
banyak dianut oleh beberapa negara di wilayah Eropa seperti Italia, Jerman dan
beberapa negara lain. Di Italia, fasisme tumbuh dan berkembang setelah negara
tersebut kalah dalam perang dunia pertama. Tokohnya yang menjadi pelopor perkembangan
adalah Benito Mussolin atau kerap disebut dengan Bennito Mussolini. Di Jerman,
paham fasisme agak sedikit berkembang lebih ekstrim. Tokohnya adalah Adolf
Hitler, dengan gerakan NAZI.
G. Strategi yang dilakukan
Strategi
yang dilakukan fasisme untuk berkuasa adalah dengan cara radikal seperti:
1.
Melarang semua
partai-partai politik dan perserikatan dagang. Beberapa pemimpin oposisi
dibuang ke pengasingan luar negeri dan lainnya dipenjara
2.
Melakukan penyucian
otak kepada rakyatnya yang dibangun dengan propaganda dan edukasi.
3.
Penekanan pemikiran
yang bertentangan dengan cara pembakaran buku-buku yang pertama kali dilakukan
pada 10 Mei 1933. Hal ini dilakukan untuk menyembunyikan sejarah yang benar di
masyarakat dan menggantikannya dengan pengajaran sebuah versi hayalan yang
mereka tulis sendiri untuk membangun sebuah budaya dimana pemikiran kaum fasis
dapat berkembang pesat.
4.
Pemimpin fasis
dikeramatkan dengan penempatan gambar-gambar dan patung-pantung diseluruh
penjuru negeri, hal ini menjadi aspek psikologis yang mendalam terhadap rakyat
yang terus menerus merasa diri mereka berada dalam kekuasaan dan pengawasannya.
Pemimpin membuat kehadirannya terasa dimana- mana untuk memberi kesan seseorang
yang melihat dan mengetahui segala hal seseorang yang keramat.
5.
Menciptakan
museum-museum imaginer bagi negara-negara fasis . mitos museum imaginer membuat
negara fasis kuat dimata rakyatnya.
6.
Politik ekspansi
fasisme, dasar ekspansi ini adalah konsep perjuangan untuk bertahan hidup
diantara ras-ras, negara fasis percaya untuk berkembang menjadai sebuah bangsa
mereka harus menguasai dasar-dasar lain yang lemah.
H. Lawan dari Ideologi
Fasisme
menolak Sosialisme Marxis maupun Kapitalisme. Dibawah fasisme hak milik
perseorangan dipertahankkan, sepanjang pemakaian diletakan dibawah kekuasaan
negara. Pertentangan kelas tidak dibenarkan da berbagai pemogokan dibasmi. Negara
dalam pandangan fasis dianggap terlepas dan ada disetiap perintah
moral.Kebebasan individu ada, namun dibatasi untuk memberikan perhatian
sepenuhnya kepada negara.
Selain
itu fasisme juga menolak gerakan Pasivisme, akan tetapi lebih menyukai
bentuk-bentuk kekerasan, mereka juga menolak demokrasi dan liberaisme. Fasisme memandang demokrasi liberalisme
sebagai salah satu ajaran dan gerakan yang lebih berorientasi kepada pemuasan
kebutuhan material dengan mengabaikan soal-soal moral dan spiritual. Sebaliknya
fasisme menganggap ideologi mereka lebih mendasarkan diri pada nilai-nilai
spiritual dan loyalitas dari pada sekedar pemenuhan kebutuhan perorangan.
Sedangkan
demokrasi menolak anggapan fasis bahwa anggota kelas tertentu lebih unggul
dalam membuat pertimbangan dari pada anggota masyarakat lainnya, sehingga atas
dasar itu mereka dengan sendirinya menjadi penguasa negara. Teori demokrasi
juga menolak doktrin fasis bahwa suatu kelompok elit yang menaruh perhatian
terhadap kesejahteraan umum. Menurut pandangan demokratis, hanya tuhan yang
memiliki pemahaman yang sempurna tentang Kebenaran, tetapi setiap orang juga
mampu, paling tidak secara parsial untuk mengetahui kebenaran itu.
Fasisme
juga menentang konservatisme yang dikembangkan oleh Joseph de Maistre. Para
fasis yakin bahwa keberhasilan nasioanlaisme Italia hanya dapat dicapai bila
rakyat menghormati tradisi, merasa memiliki masa lalu yang sama, dan
berkomitmen untuk memodernisasi Italia.
I.
Pengaruh
Ideologi
Di
Eropa fasisme mempengaruhi negara Italia dan Jerman. Di Asia ada di Jepang. Di
Benua Amerika pengaruhnya di Amerika Latin.
J. Akhir Ideologi
Bukti
tentang status fasisme dewasa ini
diseluruh dunia dapat dijumpai. Kita dapat melihat kebangkitan kembali dari gerakan-gerakan
ini di Jerman, Jepang, Amerika Serikat, Spanyol dan Amerika Latin. Kesulitan
terbesar dalam menganalisis situasi sekarang ini adalah kenyataan bahwa jumlah
anggota fasis relatif kecil, sehingga tidak menarik banyak perhatian an
karenanya tampaknya kurang penting. Lagi pula, gerakan-gerakan yang didirikan
oleh Hitler dan Mussolini, mulai dengan sembunyi-sembunyi dan kecil (tidak
berkembang) selama bertahun-tahun. Akibatnya tidak mungkin kita mengatakan
dengan pasti bahwa suatu gerakan Fasis yag besar adalah tidak mungkin. Gerakan
semacam ini, tidak akan mungkin ada kecuali ada kondisi-kondisi yang
menimbulkan kegelisahan, ketidakpuasan, dan tuntutan akan tantangan yang besar.
Kondisi semcam ini dapat dijumpai di banyak negara termasuk Amerika Serikat.
Pemimpin-pemimpin populer dapat memberontak di sejumlah negara dan mencapai
keberhasilan melalui gerakan fasis apakah menggunakan lambang aktual ataupun
tidak.
Sebagai
kesimpulan, survey tentang fasisme dan nazizme masih ada di tengah-tengah kita.
Rezim-rezim dan organisasi-organisasi yang mereka prakarsai, atau yang
menggunakan cara-cara yang telah mereka buat sangat populer, masih dijumpai di
kelima benua ini (Lyman Tower Sargent, 1984 : 165).
Daftar pustaka
Sumber :
·
Purnomo, Arif. 2007. Sejarah Ideologi;Buku Ajar. Semarang :
FIS Unnes.
·
Sargent, Lyman Tower.
1984. Ideologi-ideologi Politik
Kontemporer ; sebuah analisis komparatif. Penerjemah A.R Henry Sitanggang.
Jakarta : Erlangga.
·
Satriya, Fembri. 2008. Para Pembantai ; Yogyakarta :Media Ilmu
·
Murtiningsih,
Wahyu.2012. Para Filsuf dari Plato sampai
Ibnu Bajjah.Yogyakarta: IRCiSoD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tinggalkan komentar ! Terimakasih...