Selasa, 09 Desember 2014

Makalah sumpah pemuda Liliany



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Semangat Nasionalisme adalah suatu gejala historis yang lahir dan berkembang sebagai jawaban terhadap kondisi politik, ekonomi, dan sosial  yang khusus yang ditimbulkan oleh situasi colonial.  ( Hans Kohn dalam Kardiat Wiharyanto , 2012 : 1) Semangat Nasionalisme merupakan semangat kebangsaan yang sudah ada sejak zaman kerajaan. Semangat inilah yang melatarbelakangi berbagai bentuk pemberontakan terhadap pemerintahan colonial seperti pemberontakan Maluku, Pemberontakan Saparua, Perang Diponegoro dan pemberontakan-pemberontakan lain yang terjadi di Nusantara. Namun semua pemberontakan itu dapat dipadamkan oleh pemerintahan colonial karena sifatnya yang masih kedaerahan.
Pada 20 Mei 1908 di gedung sekolah Kedokteran Jawa (STOVIA) Sutomo dan kawan-kawan membangkitkan kembali  semangat nasionalisme yang dalam artian lebih luas dan lebih modern. Dalam menunjukan rasa Nasionalismenya mereka membentuk organisasi pergerakan nasional pertama yang bersifat modern yaitu Budi Utomo.
Dua Puluh tahun kemudian pada 28 Oktober 1928 dibangkitkan kembali semangat nasionalisme itu. Bila organisas-organisasi pergerakan sebelumnya masih bersifat kedaerahan, berdasarkan agama ayau kepentingan tertentu. Pada Sumpah pemuda ini semua pemuda bertekat akan meninggalkan semua rasa etnosentrisnya dan melebur dalam sebuah wadah yang utuh tidak berbentengkan suku ras agama dan golongan tertentu.
Sumpah Pemuda merupakan Perpaduan tekat para pemuda yang dengan penuh semangat di ikrarkan dalam kata-kata yang di sebut Sumpah Pemuda. Jika Budi Utomo adalah sebuah ikrar kata maka sumpah pemuda mengambil bentuk yang lebih nyata. Namuan banyak peristiwa yang tak terungkap. Apakah sebenarnya sumpah pemuda itu? Siapa yang ada dibalik peristiwa besar ini dan bagaimana organisasi- organisasi pergerakan yang berbeda latar belakang mampu bersatu dalam ikrar Sumpah Pemuda ini?  
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa saja organisasi yang didirikan pemuda sebelum Sumpah Pemuda?
2.      Apakah latar belakang di selenggarakanya kongres pemuda I Ddan II sebagai awal Sumpah pemuda.?
3.      Bagimanakah reaksi-reaksi organisasi pergerakan Indonesia lainya terhadap Sumpah Pemuda?
4.       Apakah Makna dibalik Sumpah Pemuda?

C.     TUJUAN PENULISAN
1.      Untuk menyebutkan dan menjekaskan organisasi pemuda apa sajakah yang muncul sebelum Sumpah Pemuda
2.      Menjelaaskan latar belakang, proses dan dampak dari pada Konggres Pemuda I dan II yang sebagai suatu peristiwa yang mengawali adanya Sumpah Pemuda
3.      Menjelaskan rekasi organisasi-Organisasi Pergerakan Kemerdekaan lain terhadap Ikrar Sumpah Pemuda
4.      Menjelaskan Makna Dibalik Sumpah Pemuda.


BAB II
ISI

1.      ORGANISASI PEMUDA YANG MUNCUL SEBELUM SUMPAH PEMUDA
1.1.Tri Koro Dharmo
Tri Koro Darmo adalah organisasi pemuda yang merupakan bagian dari Budi Utama. Tri Koro Darmo lahir dari rasa ketidakpuasan dari golongan muda atas gerak langkah Budi Utama yang cenderung konservatif dan kurang bisa menampung aspirasi para pemuda. Pada7 Maret 1915,di Gedung Boedi Oetomo Stovia Jakarta, para pemuda sepakat untuk mendirikan organisasi pemuda yang berfungsi sebagai tempat latihan bagi calon-calon pemimpin bangsa atas dasar kecintaan kepada tanah airnya. Perkumpulan para pemuda itu diberi nama Tri Koro Dharmo, yang mengandung arti tiga tujuan yang mulia. Jabatan ketua diemban oleh oleh Satiman Wirjosandjojo, wakil ketuan Soenardi (Mr.Wongsonegoro), dan sekertaris Soetomo. Pengurus lain diantaranya adalah Muslich, Musodo, dan Abdul Rachman.
Sesuai dengan namanya, Tri Koro Dharmo memiliki tujuan, yaitu:Menyelenggarakan pertalian antara murid-murid bumi putra di berbagai sekolah, Mengusahakan peningkatan kemampuan umum, Membangkitkan minat dan mempertajam rasa terhadap bahasa dan budaya di wilayah Indonesia[1]
Pada 12 Juni 1918, Tri Koro Dharmo yang sejak 1917 diketuai oleh Sutardiaryodirejo melakukan kongres di Solo. Kongres itu menghasilkan dua keputusan, yaitu tentang ruang lingkup keanggotaan dan nama organisasi, serta mengenai kepengurusannya. Nama Tri Koro Dharmo yang sangat jawasentris diganti dengan nama Jong Java. Dengan begitu diharapkan pemuda-pemuda Sunda, Madura, Bali, dan Lombok diharapkan bisa ikut memasuki organisasi tersebut. Tujuan pengubahan organisasi adalah untuk membangun persatuan Jawa Raya, yang dapat dicapai dengan jalan mengadakan suatu ikatan yang baik di antara murid-murid sekolah menengah, berusaha meningkatkan kepandaian anggotanya, dan menimbulkan rasa cinta terhadap budaya sendiri. Dalam kongres itu, dipilihlah Sukiman Wirjosandjojo sebagai ketua. Beliau inilah yang di kemudian hari terpilih menjadi ketua Perhimpunan Indonesia di Belanda.
Sampai kongres terakhirnya pada 23 Desember 1929, Jong Java telah sepuluh kali melakukan kongres, dan menghasilkan keputusan-keputusan penting yang sangat berpengaruh terhadap perjuangan para pemuda di masa selanjutnya. Keputusan-keputusan tersebut diantaranya adalah :Disetujuinya seorang wanita untuk duduk dalam pengurus besar dan anggota redaksi majalah Jong Java, serta usaha untuk menterjemahkan surat-surat yang ditulis oleh Kartini. Ini berarti pengakuan hak wanita disamakan dengan pria sebagai kelanjutan usaha emansipasi Kartini. Pada kongres ketiganya, bahasa-bahasa daerah seperti Jawa, Bali, Sunda, Makasar, dan Lombok boleh dipergunakan, asalkan dengan diterjemahkan dalam bahasa Belanda. Adanya cita-cita untuk membangun Jawa Raya dengan jalan membina persatuan diantara golongan-golongan di Jawa dan Madura untuk mencapai kemakmuran bersama. Walaupun masih sebatas Jawa dan Madura, hal tersebut menjadi bibit awal bagi terbentuknya integrasi bangsa.[2]
Setelah kongres pemuda I pada tahun 1926, faham persatuan dan kebangsaan Indonesia semakin meningkat di kalangan anggota Jong Java. Pada kongres VII 27-31 Desember 1926 di Surakarta, Jong Java yang diketuai Sunardi Djaksodipuro (Mr.Wongsonegoro) membuat putusan untuk merubah tujuan dan ruang gerak organisasi tersebut. Tujuan tidak hanya membangun Jawa Raya saja, tetapi pada saatnya nanti, Jong Java juga harus bercita-cita membangun persatuan dan membangun Indonesia Merdeka. Ruang lingkup yang dirambah organisasi tersebut juga mulai memasuki dunia Politik. Pada tahun 1928, organisasi ini siap bergabung dengan organisasi kepemudaan lainnya dan ketuanya R. Koentjoro Poerbopranoto, menegaskan kepada anggota bahwa pembubaran Jong Java, semata-mata demi tanah air. Oleh karena itu, maka terhitung sejak tanggal 27 Desember 1929, Jong Javapun bergabung dengan Indonesia Moeda.
1.2.Jong Sumatranen Bond
Berdirinya Jong Java di Batavia memberikan inspirasi bagi pemuda-pemuda Sumatra yang sedang belajar di Batavia untuk mendirikan organisasi serupa. Jong Sumatranen Bond (JSB) adalah perkumpulan yang bertujuan untuk mempererat hubungan di antara murid-murid yang berasal dari Sumatra, mendidik pemuda Sumatra untuk menjadi pemimpin bangsa serta mempelajari dan mengembangkan budaya Sumatra. Untuk mecapai tujuan tersebut, usaha-usaha yang dilakukan antara lain adalah dengan menghilangkan adanya prasangka etnis di kalangan orang Sumatra, memperkuat perasaan saling membantu, serta bersama-sama mengangkat derajat penduduk Sumatra dengan jalan menggunakan propaganda, kursus, ceramah-ceramah, dan sebagainya.
Perkumpulan ini didirikan pada tanggal 9 Desember 1917 di Jakarta. JSB memiliki delapan cabang, enam di Jawa meliputi Batavia, Bogor, Bandung, Serang, Sukabumi, dan Purworejo, serta dua di Sumatra, yakni di Padang dan Bukittinggi. Beberapa tahun kemudian, para pemuda Batak keluar dari perkumpulan ini dikarenakan dominasi pemuda Minangkabau dalam kepengurusannya. Para pemuda Batak ini membentuk perkumpulan sendiri, Jong Batak.
Surat kabar Jong Sumatra terbit pertama kali pada bulan Januari 1918. Dengan jargon Organ van Den Jong Sumatranen Bond, surat kabar ini terbit secara berkala dan tidak tetap, kadang bulanan, kadang triwulan, bahkan pernah terbit setahun sekali. Bahasa Belanda merupakan bahasa mayoritas yang digunakan kendati ada juga artikel yang memakai bahasa Melayu. Jong Sumatra dicetak di Weltevreden, Batavia, sekaligus pula kantor redaksi dan administrasinya.
Surat kabar Jong Sumatra memainkan peranan penting sebagai media yang menjembatani segala bentuk reaksi atas konflik yang terjadi. Dalam Jong Sumatra edisi 12, th 1, Desember 1918, seseorang berinisial Lematang mempertanyakan kepentingan kaum adat. Sambutan positif juga datang dari Mohamad Anas, sekretaris JSB. Anas mengatakan dengan lantang bahwa bangsa Sumatra sudah mulai bangkit dari ketidurannya, dan sudah mulai memandang keperluan umum.
Kepekaan Yamin pentingnya bahasa identitas sudah mulai terlihat dalam tulisannya di Jong Sumatra no 4, th 3, 1920. Jong Sumatra berperan penting dalam memperjuangkan pemakaian bahasa nasional, dengan menjadi media yang pertama kali mempublikasikan gagasan Yamin, mengenai bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan. Semakin besarnya kesadaran nasional dan semakin luasnya penggunaan bahasa melayu di kalangan mereka, maka nama organisasi yang sebelumnya masih menggunakan bahasa Belanda, diganti dengan nama Pemuda Sumatra. Pemuda Sumatra ini.:
1.3.Jong Ambon
Organisasi Ambon Muda atau Pemuda-pemuda Ambon didirikan pada tanggal 9 Mei 1920. Maksud dan tujuannya adalah menggalang persatuan dan mempererat tali persaudaraan di kalangan pemuda-pemuda yang berasal dari daerah Ambon (Maluku). Pendirinya adalah A.J. Patty, seorang pemuda dari Maluku. Ia memperssatukan organisasi-organisasi orang ambon dengan menggunakan organisasi yang telah ia dirikan sebelumnya, Serikat Ambon, di Semarang. Karena dianggap menentang kebijakan Belanda, ia ditangkap dan diasingkan ke berbagai tempat seperti Ujung Pandang, Bengkulu, Palembang, dan Flores. Ditangkapnya Patty sedikit menyebabkan kemunduran organisasi tersebut, hingga akhirnya muncul tokoh baru, Mr. Latuharhary.
1.4.Jong Minahasa
Organisasi pemuda yang didirikan oleh para pemuda pelajar menengah yang berasal dari kelompok etnis Minahasa pada tanggal 24 April 1919 di Jakarta. Jong Minahasa artinya “Minahasa Muda” atau “Pemuda Minahasa”. Maksud dan tujuannya adalah menggalang dan mempererat persatuan dan tali persaudaraan di kalangan pemuda – pemuda (pelajar) yang berasal dari Minahasa. Organisasi ini merupakan kelanjutan dari organisasi yang didirikan sejak tahun 1912 di Semarang, yakni Rukun Minahasa. Di antara pemimpin JongMinahasa yang paling dikenal adalah Ratulangi. Berdirinya organisasi ini bermula dari kebutuhan praktis yang selalu menekan kehidupan para pemuda pelajar di perantauan. Kehidupan terpisah dari sanak keluarga dan hubungan dengan lingkungan asing dan orang-orang yang berasal dan latar belakang budaya berbeda-beda menyebabkan mereka mencari keserasian hubungan dengan ternan yang berasal dari daerah yang sarna. Dengan kata lain, organisasi pemuda ini bermula dari rasa solidaritas yang primordial itu.
Namun, sejalan dengan semakin meningkatnya rasa kesadaran nasional di antara kaum pergerakan, organisasi ini pun tidak luput dari pengaruh politik. Hal ini tampak pada keikutsertaan Jong Minahasa dalam pertemuan pemuda pada tanggal 15 November 1925 di gedung Lux Orientis di Jakarta. Pertemuan ini dihadiri oleh wakil-wakil Jong Java, JSB, Jong Ambon, Jong Minahasa, Sekar Rukun dan beberapa wakil dari organisasi pemuda lainnya. Dalam pertemuan ini dibicarakan kemungkinan untuk mengadakan pertemuan pemuda yang luas dan mencakup berbagai organisasi. Mereka bersepakat membentuk sebuah panitia untuk mempersiapkan “Kerapatan Besar Pemuda”, yang kelak berkembang menjadi Kongres Pemuda pertama pada tanggal 30 April 1926 di Jakarta. Organisasi Jong Minahasa ini tidak berkembang seperti organisasi pemuda lain, karena sedikitnya pemuda pelajar yang berasal dari Sulawesi. Tokohnya yang terkenal antara lain G.R. Pantouw.[3]
1.5.Jong Celebes (Sulawesi)
Artinya Celebes Muda atau Pemuda Celebes, yaitu organisasi pemuda-pemuda yang berasal dari seluruh pulau Celebes (Sulawesi), sehingga jangkauannya lebih luas dari Jong Minahasa. Didirikan pada tahun 1912. Maksud dan tujuannya adalah mempererat rasa persatuan dan tali persaudaraan di kalangan pemuda-pemuda (pelajar) yang berasal dari Pulau Celebes atau Sulawesi. Tokoh-tokohnya yang terkenal antara lain Arnold Mononutu, Waroruntu dan Magdalena Mokoginta atau dikenal dengan Ibu Sukanto (Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia yang pertama).
1.6. Jong Batak
Berdiri pada tahun 1926. Dikenal juga dengan nama Jong Bataks Bond, adalah perkumpulan para pemuda yang berasal dari daerah Batak (Tapanuli), yang bertujuan untuk memperat persatuan dan persaudaraan di antara para pemuda yang berasal dari daerah tadi serta turut serta memajukan kebudayaan daerah. Salah satu tokoh yang terkenan dari organisasi ini adalah Amir Sjarifudin.
1.7.Jong Islamieten Bond
Selain organisasi-organisasi pemuda yang berdasarkan ikatan kultural, territorial, dan etnisitas, pada awal abad 20 muncul pula organisasi pemuda yang berdasarkan keagamaan. Organisasi itu adalah Jong Islamieten Bond. Raden Sam yang berposisi sebagai ketua kongres Jong Java, mengundurkan diri setelah pada kongres ke VI Jong Java, dua usul darinya ditolak. Ia kemudian mendirikan perkumpulan Jong Islamieten Bond ini pada 1 Januari 1925. Tujuan pertama pembentukannya adalah untuk mengadakan kursus-kursus agama Islam bagi para pelajar Islam dan untuk mengikat rasa persaudaraan antara para pemuda terpelajar Islam yang berasal dari berbagai daerah di Nusantara dan sebelumnya masih menjadi anggota perkumpulan daerah, seperti Jong Java (7 Maret 1915), Jong Sumatra (9 Desember 1917), dan lain-lain. Anggotanya terbuka antara usia 14-30 tahun, sehingga tidak hanya diisi oleh para pelajar saja.
Secara formal, organisasi ini tidak bergerak di bidang politik, namun bagi anggota yang berusia lebih dari 18 tahun, boleh mengikuti kegiatan politik. Organisasi ini para anggotanya untuk lebih ddalam mempelajari Islam sesuai dengan asas dan tujuan organisasi. Kongres ketiga berlangsung di Yogyakarta pada 23-27 Desember 1927. Lebih banyak membicarakan masalah-masalah yang dihadapi umat Islam, terutama yang ada kaitannya dengan cita-cita persatuan dan nasionalisme.
1.8.Organisasi Kepanduan
Kepanduan yang sekarang ini lebih dikenal dengan nama Pramuka sebernanya telah ada sejak awal abad 20 dengan nama Nederlanche Padvinders Organisatie (NPO). Didirikan oleh John Smith, seorang Belanda, atas usulan dari kepanduan Belanda, sehingga bersifat Nederlandosentris.
NPO kemudian berubah nama menjadi Nederlands Indische Padvinders Vereeneging. Setelah perubahan itu, barulah orang-orang bumi putera bisa masuk mengikuti kegiatannya. Pada 1916, organisasi kepanduan bumi putera pertama berdiri dengan nama Javaanse Padvinders Organisatie (JPO) di Mangkunegaran Surakarta, yang tak bisa dilepaskan dari peran Mangkunegoro VII, seorang bangsawan Jawa yang aktif di Boedi Oetomo saat masih muda.
Organisasi Kepanduan yang muncul di masa itu digunakan para pemuda untuk meningkatkan budi luhur, ketrampilan dan kepribadian, serta memupuk bakat kepemimpinan. Hal itu semua berguna untuk meningkatkan rasa kebangsaan para pemuda. Sejalan dengan itu, organisasi-organisasi kebangsaan mendirikan organisasi kepanduan sendiri-sendiri yang berada di bawah naungannya. Boedi Oetomo mendirikan Nationale Padvinderij pada 1924 di bawah pimpinan Daslan Adiwarsito. Serikat Islam mendirikan Wina Tamtama pimpinan A. Zarkasih. Pada 1923 berdiri Nationale Padvinders Organisatie (NPO) di bawah pimpinan Usman, sedangkan di Jakarta berdiri Jong Indonessche Padvinders Organisatie (JIPO). Di Yogyakarta, Muhammadiyah juga mendirikan Hizbul Watban pada tahun 1923 di bawah pimpinan Djumairi. Organisasi pemudapun ikut mendirikan kepanduan. Jong Java mendirikan Jong Java Padvinders, Jong Islamieten Bond mendirikan Nationale Islamistiche Padvinders. Selain itu juga ada Pandu Pemuda Sumatera yang didirikan Pemuda Sumatera.
Semakin maraknya organisasi kepanduan bumi putera yang muncul, ternyata semakin menyuburkan faham kebangsaan di tanah air. Hal ini diantisipasi oleh pemerintah kolonial. Usaha-usaha dilakukan untuk memecah organisasi-organisasi kepanduan yang ada, atau setidaknya mengurangi kegiatan-kegiatan kepanduan bumi putera yang berbau menyebarkan faham kebangsaan. Salah satunya adalah larangan menggunakan nama Padvinders atau Padvinderij sebagai nama kepanduan. Atas aturan tersebut, maka sejak tahun 1928, nama Belanda itu diganti dengan nama Pandu atau Kepanduan, hal ini berlaku untuk semua organisasi kepanduan yang ada.
Dengan demikian, keberadaan organisasi kepanduan ini kemudian dimanfaatkan oleh organisasi-organisasi kebangsaan untuk menyebarkan dan memperkuat kesadaran nasional di lingkungan para pemuda Indonesia. Walaupun organisasi-organisasi kepanduan itu memiliki asas yang berbeda, namun ada satu kesamaan yang mendasar, yaitu nasionalisme Indonesia.
Organisasi pemuda yang lahir menjelang Sumpah Pemuda
Di awal abad XX, organisasi pemuda yang muncul lebih bersifat primordial, namun dalam perkembangannya organisasi pemuda telah mengarah pada sifat kebangsaan, dan telah menunjukkan tanda-tanda untuk menuju pada integrasi bangsa.
1.9.Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia
Bersamaan dengan perkembangan Perhimpunan Indonesia di Belanda, di dalam negeri pun semakin berkembang pendidikan tinggi, sehingga terjadilah perkembangan baru dalam sejarah pergerakan nasional di tanah air. Keduanya saling mempengaruhi. Semakin banyaknya kaum terpelajar di Indonesia, timbul gagasan untuk ikut berperan aktif dalam perjuangan kemerdekaan. Mereka kemudian membentuk organisasi yang diberi nama Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) pada 1926 yang beranggotakan mahasiswa dan pelajar sekolah tinggi. Ide pendirian PPPI ini digagas oleg Djaksodipuro.
Organisasi ini bertujuan untuk menyatukan organisai-organisasi pemuda yang telah ada, yang umumnya memiliki latar belakang budaya, lokalitas, dan etnisitas yang berbeda. Adapun tokoh PPPI itu adalah Sogondo Djojopuspito, Sigid Abdul Sjukur, Gularso, Sumitro, Samidjono, Hendromartono, Subari, Rohdjani, Amir Sjarifuddin, dll. Sugondo Djojopuspito adalah ketua Kongres Pemuda II.
PPPI tidak hanya bergerak di dalam negeri saja. Mereka juga menjalin hubungan dengan Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda. PI sewaktu-waktu mengirimkan majalah Indonesia Merdeka ke Indonesia, seementara PPPI mengirimkan majalah Indonesia Raya ke negeri Belanda. Namun terkadang hal tersebut mendapat halangan dari Pemerintah Belanda maupun pemerintah kolonial Hindia Belanda. Sikap PPPI dengan mempersatukan organisasi-organisasi kedaerahan yang telah ada merupakan bukti kecintaan terhadap persatuan bangsa. Hal ini berarti para pemuda telah memasuki babak baru dalam pergerakan nasional, yakni telah berani bergerak dalam dunia politik demi masa depan bangsanya, dengan tidak lupa mendorong para anggotanya untuk terus rajin belajar..
1.10. Pemuda Indonesia
Berdiri pada tanggal 27 Februari 1927 di Bandung sebagai tindak lanjut dari Algemeene Studie Club yang dipimpin Soekarno. Pemuda Indonesia ini beranggotakan para pemuda yang berumur 15 tahun ke atas, yang sebagian besar berasal dari pelajar-pelajar AMS dan mahasiswa RHS dan STOVIA.
2.      KONGRES PEMUDA SEBAGAI AWAL SUMPAH PEMUDA
2.1.KONGRES PEMUDA I
Perhimpunan Indonesia yang berada jauh di luar Indonesia mempunyai pengaruh yang besar terhadap semangat pemuda-pemuda di Indonesia. Para pemuda ini akhirnya menyadari akan pentingnya kebebasan, yakni merdeka dari penjajahan. Jadi, para pemuda Indonesia tergugah semangatnya untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.Untuk merealisasikan hal tersebut diadakanlah Kongres Pemuda.Kongres ini berlangsung dalam dua tahap yakni Kongres Pemuda I dan Kongres Pemuda II.
2.1.1.      Tujuan diadakannya Kongres Pemuda I
Para panitia yang sudah terbentuk bekerja secara sukarela, mereka bekerja keras untuk mencapai tujuan yang mulia. Tujuan Kongres adalah untuk menggugah semangat kerja sama antar organisasi pemuda di tanah untuk meletakkan dasar persatuan Indonesia.
Organisasi-organisasi pemuda yang ada masih bersifat kedaerahan, misalnya saja Jong Java   yang ingin mempersatukan pemuda-pemuda Jawa dala persatuan Jawa Raya. Selain Jong Java, organisasi-organisasi lain yang berkembang adalah Jong Sumatra, Jong Batak, Jong Minahasa, Jong Ambon, Jong Celebes dan lain sebagainya. Pada kongres ini, dari semua perkumpulan pemuda di berbagai daerah mempunyai tujuan yang sama yakni semangat persatuan.

2.1.2.       Kepengurusan dalam Kongres Pemuda I
Dalam mencapai tujuan semangat persatuan, dibentuklah Panitia Kongres pada tanggal 15 November 1925. Susunan panitianya adalah sebagai berikut :
Ketua                :  M.Tabrani
Wakil ketua  :  Sumarto
Sekretaris    :  Jamaluddin
Bendahara     :  Suwarso
Pembantu   : Bahder Johan, Yan Toule Soulehuwiy, Sarbini, Paul Pinontoan, Sanusi Pane dan Hamami[4].
Kongres Pemuda pertama ini akhirnya dapat dilaksanakan.Kongres ini dibuka pada tanggal 30 April 1926 dan berakhir 2 Mei 1926 sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.Kongres ini dihadiri oleh wakil-wakil dari organisasi kepemudaan yang ada. Organisasi-organisasi tersebut meliputi Jong Java, Jong Sumatra, Sekar Rukun, Jong Batak, Jong Minahasa, Jong Islaitien Bond, Jong Ambon dan lain-lain. Akan tetapi, karena terbatasnya undangan Kongres I ini hanya diahdiri oleh 100 orang.Di antara undangan ini, hadir pula seorang Komisaris Kepala dari Kepolisian Hindia Belanda, Belanda khawatir jika kongres ini dijadijkan ajang untuk mengecam segala kebijakan Pemerintah Kolonial Belanda.

2.1.3.      Hal yang dibahas dalam Kongres Pemuda I
Acara pokok yang direncanakan dalam kongres adalah ceramah. Sedangkan pembicara yang akan tampil ialah Sumarto, Bahder Johan, Moh. Yamin, Paul Pinontoan, Jaksodipuro dan nona Stien Adam. Pokok-pokok materi yang akan disampaikan adalah masalah persatuan Bangsa Indoesia, kedudukan dan peranan wanita dalam masyrakat Indonesia, dan peranan agama dalam gerakan persatuan Bangsa Indonesia.
Pada tanggal 2 Mei 1926, acara ceramah kemudian dilanjutkan dengan sidang Panitia Perumus yang terdiri dari M. Tabrani, Sanusi Pane, Jamaluddin dan Moh.Yamin. Dia menawarkan konsep rumusan yang intinya berisi tentang bertumpah darah yans satu,tanah air Indonesia. Mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia dan menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Melayu.

2.1.4.      Hasil yang dibahas dalam Kongres Pemuda I
Meskipun dalam Kongres Pemuda I belum jelas hasilnya, tapi kongres ini telah berhasil dan dapat menjadi titik tolak bagi kongres pemuda berikutnya.Hal ini sesuai dengan pendapat Jamaluddin yang menyatakan bahwa Kongres Pemuda Indonesia I merupakan cetusan kebulatan tekad angkatan muda dalam merintis terwujudnya persatuan Bangsa Indonesia.  Kongres Pemuda I ini juga  dapat dijadikan sebagai titik tolak untuk mengadakan Kongres Pemuda Indonesia berikutnya pada tahun-tahun yang akan datang.
Jadi, pada intinya Kongres Pemuda Indonesia I mengharapkan perserikatan pemuda Indonesia dalam suatu perkumpulan yang utuh yakni persatuan Bangsa Indonesia.Kongres ini juga ingin bebas atau merdeka dari penjajah, Indonessia merdeka menjadi ide dari segala pemuda Indonesia.

2.2.KONGRES PEMUDA II
Rumusan persatuan Indonesia yang telah diungkapkan oleh M. Tabrani bersama kawan-kawannya pada Kongres Pemuda I ternyata memberi dampak positif bagi para pemuda di Indonesia.Para pemuda tergugah hatinya untuk semangat persatuan, mereka kemudian berkeinginan untuk melanjutkan Kongres Pemuda I. Gagasan ini muncul pertama kali dari Sugondo Joyopuspito, pemimpin Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI).Mulai dari sinilah hasrat untuk melanjutkan Kongres Pemuda I semakin kuat, dengan jalan membentuk Kongres Pemuda II.Kongres Pemuda II berhasil dilaksanakan berkat bantuan dari berbagai berbagai kalangan, banyak pihak yang mendukung penuh kelanjutan kongres. Pihak-pihak ini sebagian besar berasal dari pengurus Kongres Pemuda I. Penyelenggaraan kongres ini berbeda dengan kongres sebelumnya, Kongres Pemuda II lebih istimewa baik peserta, isi kongres maupun tempat pelaksanaan kongres.
2.2.1.  Kepengurusan dalam Kongres Pemuda II
Di awal sudah dijelaskan bahwa gagasan tentang kelanjutan Kongres Pemuda I diungkap oleh Sugondo Joyopuspito. Untuk merealisasikan keinginan ini, Sugondo Joyopuspito bekerja sama dengan kawan-kawannya yaitu Darwis, Sigit, Suwiryo, dan Gularso. Berkat dukungan kerja sama dari berbagai  organsisasi-organisasi kepemudaan maka diselenggarakanlah Kongres Pemuda II. Untuk mensukseskan kongres maka dibentuklah suatu panitia yang merupakan wakil dari berbagai organisasi kepemudaan baik yang ada di Indonesia maupun di luar Indonesia.
Pada perkembangan selanjutnya, banyak tokoh yang dihubungi untuk turut serta dalam Kongres Pemuda II.Tokoh-tokoh yang dimaksud adalah Sunarto, Sartono, yang akhirnya bersedia sebagai penasihat hokum.Selain itu, tokoh penting dalam Kongres Pemuda I juga turut diundang, yakni Sumarto dan Moh.Yamin. Kedua tokoh dapat memberi gambaran tentang pengalaman penyelengggaraan terdahulu pada Kongres Pemuda I. Berkat usaha yang gigih dari Sugondo dan rekan-rekannya, pada bulan Juli 1928 berhasil dihimpun organisasi kepemudaan untuk mengadakan musyawarah. Berbagai organisasi itu adalah Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Celebes, Jong Ambon, Jong Bataks Bond, Jong Islamitien Bond, Pemuda Kaum Betawi, Pemuda Indonesia dan Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia.
Pertemuan dalam musyawarah itu menghasilkan susunan panitia Kongres Pemuda II sebagai berikut :
*         Ketua              : Sugondo Joyopuspito (wakil dari PPPI)
*      Wakil ketua : Joko Marsaid (wakil dari Jong Java)
*      Sekretaris        : Moh. Yamin (wakil dari Jong Sumatranen Bond)
*      Bendahara       : Amir Syarifudin (wakil dari Jong Bataks Bond)
*      Pembantu I      : Johan Moh. Tjai (wakil dari Islamitien Bond)
*      Pembantu II    : Kocosungkono (wakil dari Pemuda Indonesia)
*      Pembantu III   : Senduk (wakil dari Jong Celebes)
*      Pembantu IV   : J. Leimena (wakil dari Jong Ambon)
*      Pembantu V    : Rohyani (wakil dari Pemuda Kaum Betawi)
*      Penasehat        : Sunario, Sartono, M. Nazif, Arnold Mononutu[5]

2.2.2.      Hal yang dibahas dalam Kongres Pemuda II
Kongres Pemuda II diselenggarakan secara istimewa dibanding kongres sebelumnya.Bukti keistimewaannya adalah penggunaan bahasa sendiri (Bahasa Melayu) sebagai bahasa pengantar dalam kongres, khususnya ceramah.Penggunaan Bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar menunjukan adanya keberanian dari para pemuda untuk tidak menggunakan Bahasa Belanda lagi.Persiapan-persiapan menjelang kongres terus diupayakan, baik tempat, materi, dan tokoh dalam kongres.  Tokoh-tokoh dalam kongres sudah menyepakati empat ceramah yang akan dimusywarahkan. Tema-tema tersebut meliputi :
a.          Persatuan dan Kebangsaan Indonesia oleh Moh. Yamin
b.         Pendidikan dan Kebangsaan Indonesia oleh Nona Purnomowulan, S. Mangunsarkoro, Jokosarwono, dan Ki Hajar Dewantara.
c.          Pergerakan Pandu Indonesia oleh T. Ramelan
d.         Pergerakan Pemuda Indonesia dan pergerakan pemuda di luar Indonesia oleh Sunario (yang kemudian diubah menjadi Pergerakan  Pemuda dan Persatuan Indonesia).
Di sela-sela sidang, Wage Rudolf Supratman memperdengarkan lagu Indonesia Raya dengan permainan biolanya. Sugondo Joyopuspito mengungkapkan bahwa W.R. Supratman menciptakan sebuah lagu yang khusus dipersembahakan untuk tanah air bangsa Indonesia. Jadi, pada perkembangan selanjutnya lagu Indonesia Raya karangan W.R. Supratman dijadikan sebagai lagu kebangsaan Indonesia.Selain itu, bendera Indonesia Sang Merah Putih juga mulai dikibarkan.

2.2.3.      Hasil yang dibahas dalam Kongres Pemuda II
Kongres Pemuda II yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 27-28 Oktober 1928 berjalan dengan lancar. Kongres ini menghasilkan sebuah keputusan . Naskah lengkap tentang keputusan kongres dijelaskan sebagai berikut :

Putusan
Kerapatan pemuda-pemuda Indonesia yang diadakan oleh perkumpulan-perkumpulan pemuda Indonesia yang berdasarkan kebangsaan, dengan namanya Jong Java, Jong Sumatra, Pemuda Indonesia, Sekar Rukun, Jong Islamitien Bond, Jong Bataks Bond, Jong Celebes, Pemuda Kaum Betawi dan PPPI; Membuka rapat pada tanggal 27 Oktober dan 28 Oktober 1928 di negeri Jakarta;
Sesudahnya mendengar pidato-pidato dan pembicaraan yang diadakan dalam kerapatan tadi; Sesudahnya menimbang segala isi-isi pidato pembicaraan ini;
Kerapatan lalu mengambil keputusan :

Pertama.
Kami putera dan puteri Indonesia mengaku bertupah darah yang satu, tanah Indonesia.
Kedua.
Kami putera dan puteri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Ketiga.
Kami putera dan puteri Indonesia menjunjungg bahasa persatuan, bahasa Indonesia.[6]

Dalam putusan seperti di atas menunjukan tentang kelahiran Sumpah Pemuda. Jadi, pada hari terakhir kongres tanggal 28 Oktober 1928 para peserta dari berbagai organisasi kepemudaan bersama-bersama mengikrarkan keputusan kongres, khususnya pada poin terakhir. Pada awalnya dikatakan sebagai IKRAR PEMUDA akan tetapi selanjutnya dikenal sebagai SUMPAH PEMUDA. Dikatakan sebagai Sumpah Pemuda, mungkin karena ikrar ini diucapkan oleh kaum pemuda. Para pemuda mengucapkan ikrar dengan penuh khikmad  dan semangat persatuan. Selain itu setelah kongres pemuda II lagu Indnesia raya selalu dikumandangkan pada rapat-rapat atau kongres-kongres.
Putusan dalam kongres mengeluarkan keyakinan azas yang wajib dipakai oleh segala perkumpulan-perkumpulan kebangsaan Indonesia.Keyakinan persatuan Indonesia ini dengan dasar-dasar yaitu kemauan, sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan dan kepanduan.
Putusan dalam kongres ini kemudian disiarkan melalui berbagai media massa seperti surat kabar dan radio. Putusan ini dibacakan pula di khalayak umum, khususnya organisasi-organisasi kepemudaan Indonesia.
3.      REAKSI ORGANISAI PERGERAKAN TERHADAP SUMPAH PEMUDA
Sumpah Pemuda dianggap sebagai sebuah pergerakan yang mengambil arah baru untuk kemerdekaan. Yaitu dengan melebur semua semangat kedaerahan, semangat kesukuan dan semangat agama dari semua pemuda Indonesia kedalam sebuah wadah yang bisa menampung semua rasa nasionalisme mereka, baik nasionalisme kedaerahan, kesukuan dan agama menjadi sebuah nasionalisme yang kokoh yaitu nasionalisme Indonesia. Dengan mengikrarkan sebuah ikrar yang disebut Ikrar sumpah pemuda. Peristiwa ini adalah sebuah Peristiwa besar yang didengar hingga seluruh Nusantara termasuk oleh seluruh oragnisasi pergerakan.
 Berikut ini reaksi dari oraganisasi-organisasi pergerakan Indonesia:
3.1  Budi Utama Mengubah Arah Geraknya
Budi Utama Organisasi yang disebut-sebut sebagai oraganisasi yang membangkitkan semangat nasionalisme awalnya adalah sebuah organisasi yang masih terbatas untuk kalangan priyayi rendahan jawa. Dan keanggotaanya hanya terbatas untuk orang Jawa dan Madura saja. Selain itu Budi Utama hanya memfokuskan pergerakanya pada bidang pendidikan dan kebudayaan saja.  Pergerakan cenderung lunak dann kooperatif dengan pemerintahan kolonial. Budi Utama memegang prinsip tumbuh seperti pohon beringin yang tumbuh dengan perlahan namun akirnya dapat bertumbuh besar dan rindang.
Namun setelah mendengar dikumandangkanya Sumpah Pemuda yang ingin mencapi kemerdekaan dengan cara menyatukan seluruh semangat nasionalisme dari semua golongan di Indonesia. Budi Utama sebagai salah satu organisasi pergerakan juga mendukung manifestasi polotik para anggota. Ikut serta dalam usaha menyatukan Indonesia adalah suatu keharusan yang dilakukan oleh setiap pergerakan nasional[7]
Langkah nyata nyata pertama yang dilakukan oleh Budi Utama adalah Bergabung dengan Permufakatan Perhinpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). PPPKI adalah sebuah federasi politik dalam usaha penggalangan persatuan kesatuan sebagai dampak diadakanya kongres pemuda I. Hal kedua yang dilakukan adalah dengan Mengubah anggaran dasar tentang keanggotaan yang dilakukan pada saat kongres tahun 1931. Anggota terbuka Untuk semua warga Negara Indonesia tidak memandang asal dan suku bangsa. Hal yang ketiga adalah mengubah nama. Nama Budi Utama yang awalnya menggunakan lafal Budi Utomo diubah menjadi Budi Utama. Hal ini untuk meninggalkan identitas kesukuanya dan siap membuka diri untuk seluruh rakyat Indonesia
3.2.  Perhimpunan Indonesia mendukung lewat surat kawat.
Perhimpunan Indonesia merupakan organisasi para pelajar dan pemuda Indonesia yang ada di Negeri Belanda. Karena Keprihatinan mereka terhadap keadaan tanah air dan setelah didengarnya telah dilaksanakan Kongres Pemuda I yang ingin mengadakan menggabungan oraganisasi oraganisasi pemuda di seluruh tanah air, maka perhimpunan Indonesia yang ada di Negeri Belnada Ingin mendirikan organisasi serupa di Indonesia yaitu dengan Mendirikan PNI pada 4 Juli 1927.
Pengurus dan anggota menyetujui pendirian PNI yang tujuanya sama dengan tujuan Perhimpunan Idonesia. Anggota-anggota Perhinpunan Indonesia yang telah selesai menyelesaikan studinya di Belanda diminta untuk tetap bersaha agar partai itu cepet berdiri untuk menyatukan dan memperkuat rasa rasionalisme[8]
Pengurus Perhimpunan Indonesia mengirim surat kawat kepada pengurus kongres pemuda atas terjadinya sumpah pemuda tersebut. Dalam surat yang dikirimkan pengurus Perhimpunan Indonesia mendesak agar pemuda yang belum tamat pelajaranya menyertai PNI. Perhimpunan Inodesia mengakui sumpah pemuda sebagai pelaksanaan cita-cita perjuanganya.
4.      MAKNA SUMPAH PEMUDA
4.1.Sumpah Pemuda Merupakan Jawaban Tegas Terhadap Politik Devide Et Impera Belanda.
Menurut Sugondo Djojopuspito belanda dapat menguasai tanah air dikarenahan tiga hal. Yang pertama dengan pilitik devide et impera, yang kedua dengan menanamkan rasa derajat rendah terhadap bangsa Indonesia, yang ketiga membuat penduduk pribumi tetap bodoh.[9] Dengan Diadakanya kongres pemuda II yang seluruh pemuda mengikrarkan satu bangsa, satu tanah air dan satu bahasa menunjukan jika kongres ini adalah jawaban yang sangat tegas dari bangsa Indonesia yang tidak mudah dipecah belahkan. Hal ini merupakan suatu kegagalan politik bagi pemerintahan Hindia Belanda
4.2. Sumpah Pemuda Merupakan Pengorbanan Atas Rasa Etnosentrisme dan Primordialisme
Pengorbanan atas rasa primordialisme di tunjukan dengan penggabungan semua organisasi pemuda yang bersifat kedaerahan dalam sebuah wadah besar yaitu Jong Indonesia atau pemuda Indonesia. Selain itu terdapat pula penggabungan beberapa organisasi pergerakan kemerdekaan melakukan fusi dengan organisasi lain untuk memperkuat nasionalisme. Kaum muda kemudian menggabungkan diri dalan suatu wadah yang bernama Indonesia Muda yang tidak mendasarkan pada diri atau kelompok sosial tertentu.
Adanya kehendak ingin bersatu akan mengatasi alasan-alasan lain seperti kedaerahan, kesukuan, keturunan, keagamaan, kepentingan golongan, dan lain sebagainya. Dengan kehendak untuk bersatu Indonesia sejak itu telah melompati berbagai kendala . Sejak peristiwa tahun 1928 iitulah, dunia dikejutkan oleh kemampuan dan kesanggupan bangsa Indonesia untuk bersatu padu dalam kemajemukan[10].
4.3.Sumpah Pemuda Merupakan Perwujudan Kesepakatan Bersama Tanpa Memandang Mayoritas dan Minoritas
Perwujudan kesepakatan bersama tanpa memandang golongan mayoritas adalah digunakanya bahasa Indonesia. Padahal jika dilihat dari jumlah anggota banyak anggota yang berasalkan dari Jawa dan bahasa ini digunakan oleh sebagian besar rakyat nusantara. Tetapi untuk menjaga persatuan dan kesatuan mereka menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan mereka. Hal ini menunjukan jika wawasan kebangsaan tidak berdasakan Etnisitas lagi. Rakyat sudah tidak memandang kewajiban atas dasar perbedaan cirri-ciri eksklusif.
4.4. Sumpah Pemuda Merupakan Sebuah Penghapusan Sistem Feodal
Pada masa pemerintahan kolonial Belanda berlangsung terjadi perubahan sistem sosia di Indonesia. Yaitu adanya sebuah stratifikasi penduduk. Penduduk Eropa digolongkan ke golongan pertama, Orang timur asing digolongkan dalam kelas kedua sedangkan penduduk bimi putra digolongkan kedalam kelas paling bawah.
Sejak Sumpah Pemuda diikrarkan dalan diri bangsa Indonesia sudah Tidak ada lagi pengertian warga Negara kelas satu atau kelas dua. Mereka semua menganggap dirinya sebagai warga Negara kelas asatu di negaranya sendiri oleh karena itu mereka harus bersatu untuk mngusir penjajah yang menganggap dirinya golongan nomer sati di negeri orang
4.5.Sumpah Pemuda Merupakan Upaya Menunjukan Rasa Nasionalisme Melalui Simbol-Simbol Nasionalisme
Upaya menunjukan rasa nasionalisme melalui symbol-simbol ditunjukan dengan cara penggunaan bendera merah putih yang diakui sebagi bendera kebangsaa. Selain itu diakuinya lagu Indoesia Raya ciptaan WR. Supratman sebagai lagu kebangsaan. Setiap ada pertemuan atau rapat lagu ini selalu dinyanyikan sebagai wujud rasa nasionalisme dan persatuan para penggerak kemerdekaan.


BAB III
PENUTUP
1.      SIMPULAN
Sumpah Pemuda adalah langkah baru Nasionalisme yang ada di Indonesia. Para organisasi pemuda seperti Jong Java, Jong Sumatra Bon, Jong ambon, Jong Minahasa  mengambil langkah baru untuk mencapai cita-cita Indonesia merdeka yaitu dengan bersatu dalam sebuah wadah yang di sebut Pemuda Idonesia yang kemudian bersama-sama Mengikrarkan sebuah ikrar yang disebut Sumpah Pemuda. Ikrar ini adalah sebuah bukti penyatuan tekat untuk melawan pemerintahan Kolonial Belanda
Untuk menyatukan tekat para pemuda mengadakan kongres yang dikenal dengan Kongres Pemuda. Kongres Pemuda yang pertama di lakukan 30 April 1926 dan berakhir 2 Mei 1926 dan dilanjutkan dengan Kongres Pemuda II pada 28 Oktober 1928. Pada Kongres Pemuda II inilah di ikrarkan sebuah Ikrar yang disebut Ikrar Pemuda yang kemudian di sebut Sumpah Pemuda yang isinya. Pertama. Kami putera dan puteri Indonesia mengaku bertupah darah yang satu, tanah Indonesia.Kedua.Kami putera dan puteri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.Ketiga. Kami putera dan puteri Indonesia menjunjungg bahasa persatuan, bahasa Indonesia


DAFTAR PUSTAKA
1.      Mulyana Slamet.2008.Kesadaran Nasiobal dari Koloial sampai Kemerdekaan. Yogyakarta: Lkis
2.      Utomo,Cahyo Budi. Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia. 1995. Semarang: Unnes Pers
3.      Sudiyo. 1989. Perhimpunan Indonesia sampai dengan Lahirnya Sumpah Pemuda. Jakarta : Rineka Cipta
4.      Poesponegoro, Marwati Djonet dan Nugroho Notosusanto. 1993. Sejarah Nasional Indonesia V. Jakarta:Balai Pustaka.
5.       



[1]  Mulyana Slamet.2008.Kesadaran Nasiobal dari Koloial sampai Kemerdekaan. Yogyakarta: Lkis. Hal. 284
[2]  Utomo,Cahyo Budi. Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia. 1995. Semarang: Unnes Pers. Hal.116.
[3] Utomo, Cahyo Budi. Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia. 1995. Semarang: Unnes Pers. Hal.123
[4] Utomo, Cahyo Budi. 1995.Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia.hal. 137
[5] Utomo, Cahyo Budi. 1995.Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia.hal. 141
[6]Utomo, Cahyo Budi. 1995.Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia.hal. 143-144

[7] Mulyana Slamet.2008.Kesadaran Nasiobal dari Koloial sampai Kemerdekaan. Yogyakarta: Lkis. Hal 66
[8]  Sudiyo. 1989. Perhimpunan Indonesia sampai dengan Lahirnya Sumpah Pemuda. Jakarta : Rineke Cipta. Hal 122
[9]  Dikutip dari Keng po dalam Sudiyo, 1989:137
[10] Utomo, Cahyo Budi. Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia. 1995. Semarang: Unnes Pers. Hal 145

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan tinggalkan komentar ! Terimakasih...