PERBANDINGAN
PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISTIK
DAN
MANAJEMEN MUTU TERPADU
Disususn
untuk memenuhi tugas Manajemen Pembelajarah Sejarah
Disusun
oleh :
LILIANY
RATNA P
310412022
5A
Pendidikan
Sejarah
Fakultas
Ilmu Sosial
Universitas
Negeri Semarang
2014
1.
Pengertian
Pembelajaran Konstruktivistik .
Konstruktivisme merupakan teori
psikologi tentang pengetahuan yang menyatakan bahwa manusa membangun dan
memaknai pengetahuan daru pengalamnanya sendiri. ( Rifai dan Anni, 2012: 189)
Berdasarkan asal katanya Konstruktifis
berarti bersifat membangun. Sedangkan dalam koteks filsafat pendidikan sendiri,
konstruktivisme berarti suatu aliran yang berupaya membangun tata susunan hidup
kebudayaan yang bercorak modern. Konstruktivisme berupaya membina suatu
consensus yang paling luas dan mengenai tujuan pokok dan tertinggi dalam
kehidupan manusia. (Riyanto, 2010: 143)
Pemikiran filsafat konstruktifisme
memberikan sumbangan tersendiri terhadap pengetahuan dah hakekat pembelajaran.
Konstruktivisme memberikan sumbangan terhadap usaha untuk mendekontruksi tau
mengkonstruksi ulang mekanisme pembelajaran. Menjadi sebuah pembelajaran baru
dalam paying filsafat Konstruktufisme.
Pembelajaran dapat diartikan sebagai
proses kerjasama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan
sumber yang ada, baik potensi yang bersumber dalam diri siswa itu sendiri
seperti minat, bakat, dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar,
maupun potensi yang ada diluat diri siswa seperti lingkungan, sarana dan sumber
belajar untuk mencapai tujuan pembelajran teetentu (Leo Agung, 2013:3) .
Konstruktifisme menekankan belajara
sebagai suatu proses operatif dan autentik , Dimana belajar operatif adalah belajar memperoleh dan menemukan
pemikiran yang lebih umum yang dapat digunakan pada bermacam-macam situasi.
Sedangkan belajar autentik adalah proses interaksi seseorang dengan obyek
dengan obyek yang dipelajari secara nyara. Belajar bukanlah sekedar mempelajari
teks-teks, tp menekankan pada bagaimana menghubungkan teks itu dengan kondisi
nyata atau kontekstual. (Suprijono,
2010: 39)
Kntruktifistik menyatakan jika siswa
harus menemukan sendiri dan mentransformaikan informasi yang kompleks, mengecek
informasi baru dengan aturan-aturan lama dan meredifinisikan apabila
aturan-aturan tersebut tidak sesuai. (Trianto, 2007:13). Pembelajaran Konstruktifistik memandang jika
peserta duduk terus meneruh memeriksa informasi baru yang berlawanan dengan
aturan-aturan lama dan merevisi aturan-aturan tersebut jika tidak sesuai. (
Rifai dan Anni, 2012: 189). Pada hakikatnya dalam pembelajaran konstruktivistik
ini terjadi upaya mengevaluasi dan pemperbarui pengetahuan secara terus menerus
dan erkesinambungan. Hal ini sesuai dengan Prinsip Manajemen Mutu Terpadu (MMT)
yang selalu berusaha memperbaiki jalanya proses manajemen dalam pembelajaran.
Sistem pembelajaran Konstruktifistik
dalama pembelajaran lebih menekankan pada bembelajaran Top down dari pada Botton up,
hal ini berarti siswa memulai dengan masalah konpleks untuk dipecahkan,
kemudian menemukan pemecahan yang ada dengan bimbingan guru. (Riyanto,
2010:145). Dalam pembelajaran semacam ini selalu ada upaya perbaikan atau
penambahan pengetahuan dan pembelajaran tidak terkurung dalam
pengetahuan-pengatahuan yang sudah ada.
Praktik pembelajaran seperti ini dilakukan untuk membantu siswa
membentuk, mengubah, dan menstranformasikan informasi baru.
Tujuan pembelajaran ditentukan pada
bagaimana belajar, yaitu menciptakan pemahaman baru yang baru yang menuntut
aktivitas kreatif produktif dalam konteks nyata mendorong peserta didik untuk
berfikir ulang lalu mendemonstrasikan. (Riyanto, 2010: 144). Selain itu
pembelajaran ini juga bertujuan untuk mencipatakn pemahaman yang menuntuk
peserta didik untuk kreatif dan produktif dalam konteks yang nyata (Suprijono,
2010: 38)
Prinsip
dasar Konstruktifistik tentang pengetahuan
1. Pengetahuan merupakan hasil
konstruksi manusia dan bukan sepenuhnya representasi suatu fenomena atau benda.
Fenomena atau obyek memang bersifat obyektif, namun observasi dan interpretasi
terhadap suatu fenomena atau obyek terpengaruh oleh subyektivitas pengamat.
2. Pengetahuan merupakan hasil
konstruksi sosial. Pengetahuan terbentuk dalam suatu konteks sosial tertentu.Oleh
karena itu pengetahuan terpengaruh kekuatan sosial(ideologi,agama,politik,kepentingan
suatu kelompok, dsb) dimana pengetahuan itu terbentuk.
3. Pengetahuan bersifat tentatif. Sebagai
konstruksi manusia, kebenaran pengetahuan tidaklah mutlak tetapi bersifat
tentatif dan senantiasa berubah. Sejarah telah membuktikan bahwa sesuatu yang
diyakini “benar” pada suatu masa ternyata “salah” di masa selanjutnya. (Widodo:2005)
2.
Pengertian
Manajemen mutu terpadu.
Manajeman mutu terpadu menurut Hadari
Nawari (2005:46) yang dikuti dalam Mundir “Manajemen Mutu Terpadu adalah manejemen
fungsional dengan pendekatan yang secara terus menerus difokuskanpada peningkatan
kualitas, agar produknya sesuai dengan standar kualitas dari masyarakat yang dilayani
dalam pelaksanaan tugas pelayanan umum (public service)dan pembangunan masyarakat
(community development). Konsepnya bertolak dari manajemen sebagai proses atau
rangkaian kegiatan mengintegrasikan sumber daya yang dimiliki, yang harus diintegrasi
pula dengan pentahapan pelaksanaan fungsi–fungsi manajemen, agar terwujud kerja
sebagai kegiatan memproduksi sesuai yang berkualitas. Setiap pekerjaan dalam manajemen
mutu terpadu harus dilakukan melalui tahapan perencanaan, persiapan (termasuk
bahan dan alat), pelaksanaan teknis dengan metode kerja/cara kerja yang efektif
dan efisien, untuk menghasilkan produk berupabarang atau jasa yang bermanfaat
bagi masyarakat.
Pengertian Manajemen Mutu terpadu dapat
diambil dari asal katanya yaitu. Manajemen yang dapat diartikan sebagai Dari sejumlah pengertian di atas,
dapat dimengerti bahwa Manajemen merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri atas
tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang
dilakukan untuk menentukan serta mencapai
sasaransasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber-sumber lain. Sedangkan
Mutu adalah sebuah kondisi produk (ba ik berupa
barang atau jasa) yang telah sesuai standar yang telah ditetapkan, sesuai
kebutuhan dan kepuasan pelanggan, atau bahkan lebih dari standar, dan kebutuhan serta kepuasan pelanggan. terpadu
merupakan terjemahan dari kata total (bahasa Inggris). Total dalam konsep Total Quality Management diartikan
sebagai pengintegrasian seluruh staf, penyalur, pelanggan dan stakeholderlainnya
(total is the integration of the staff, suppliers, customers and other
stakeholders). Hal ini berarti semua orang yang ada di dalam organisasi dilibatkan
dalam menyelesaikan produk atau melayani pelanggan. Dengan kata lain, konsep totaldalam
TQM atau konsepterpadudalam MMT ini diartikan bahwa setiap orang berperan dalam
menyukseskan seluruh proses pekerjaan atau aktivitas
Dari pengrtian yang terpisah-pisah
tersebut dapat diambil kesimpulan jika Manajemen mutu terpadu atau total
quality control adalah suatu sistem manajemen yang melibatkan semua unsur
kepegawaian di lingkungan suatu perusahaan atau lembaga baik sektor barang
maupun sektor jasa yang bertujuan untuk meningkatkan mutu, efisiensi dan
efektivitas produksi baik di lingkungan industri maupun le,baga lainnya.
Berdasarkan uraian tentang
pengertian MMT, dapat diketahui adanya lima unsur utama dalam penerapan MMT,
yaitu: (1) berfokus pada pelanggan, (2) perbaikan pada proses secara
sistematik, (3) pemikiran jangka panjang, (4) pengembangan sumberdaya manusia,
dan (5) komitmen pada mutu (Mundir : 2012)
Manajemen Mutu Terpadu merupakan
upaya untuk mengoptimalkan organisai dalam rangka kepuasan pelanggan. Dengan
demikian Manajemen Mutu Terpadu berkaitan dengan:
·
Fokus
pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal.
·
Memiliki
obsesi yang tinggi terhadap kualitas
·
Menggunakan
pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan massalah
·
Memiliki
komitmen jangka penjang
·
Membutuhkan
kerjasama tim
·
Memperbaiki
proses secara berkesinambungan
·
Menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan
·
Memberikan
kebebasan yang terkendali
·
Memiliki
kesatuan tujuan
·
Adanya
keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.
(http://manajemenmututerpadudalampendidikan.wordpress.com/2012/05/14/pengertian-manajemen-mutu-terpadu-mmt-total-quality-management-tqm-2/
di unduh pada 12-12-2-14. Jam 11:51)
3.
Persamaan
dan perbedaan Konstruktivistik dan MMT
·
Persamaan :
Pembelajaran
Konstruktivistik menekankan adalanya proses belajar yang berulang-ulang untuk
mendapatkan perbaikan pengetahuan. Hal ini juga dilakukan oleh MMT untuk medapatkan mutu yang terbaik
perlu dikakukan upaya perbaikan uyang berulang- ulang . Yang kedua Konsruktifistik menekankan prinsip kerja sama
antar guru dan siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang makasimal. Begitu pula
MMT harus memadukan seluruh sumber daya untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
·
Perbedaan
Perbedaan antara MMT dan
Pembelajaran konstruktifistik adalah pada cakukpanya. MMT dapat diterapkan pada
perudahaan, pendidikan secara makro mau[un mikro dan pembelajaran dalam kelas,
sedangkan Pembelajaran konstruktivistik hanuya dapat diterapkan untuk
mebelajaran bukan untuk perusahaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Agung, Leo , 2013. Perencanaan
Pembelajran Sejarah. Yogyakarta :
Penerbit Ombak,
Trianto, 2007, Model-model pembelajaran inovatif
berorientasi Konstruktivistik.Jakarta : Perpustakaan Nasional Katalog dalam
terbitan
Suprijono, Agus. 2010.Cooperative Leraning. Yogyakarta:
Pustakan Pelajar.
Rifa’I, Ahmad dan
Catarian.2012 . Psikologi Pendidikan. Semarang : Pusat Pengembangan MKU/MKDK
Universitas Negeri Semarang.
Riyanto, Yatim. 2010.
Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media
Widodo, A & Nurhayati, L.
(2005). Tahapan pembelajaran yang
konstruktivis: Bagaimanakah pembelajaran sains di sekolah?. Paper disajikan
dalam Seminar Nasional Pendidikan IPA, Bandung, 10 September 2005 .
Mundir.2012.
KONSEP MANAJEMEN MUTUTERPADUn(Pengertian,
Rasionalitas,Landasan dan Perbedaannya Dengan Manajemen). Jurnal JP3 Vol 2 No
1, Maret 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tinggalkan komentar ! Terimakasih...