“FUNGSI
PANDANGAN MAGIS DAN KESAN ANGKER
TERHADAP
LINGKUNGAN
SEBAGAI
KEARIFAN LOKAL
DALAM UPAYA
PELESTARIAN LINGKUANGAN”
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PENDIDIKAN
LINGKUNGAN HIDUP.
DI SUSUN OLEH
NAMA :
LILIANY RATNA PRAMESTI
NIM :
3101412022
ROMBEL :
10
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2013
Indonesia pada abad 21
ini sudah mengalami masa industrialisasi yang luar biasa hebatnya. Dengan
berkembangnya banyak industri ini mulai memunculkan banyak masalah lingkungan
seperti kerusakan hutan, tanah longsor, banjir, erosi tanah dan banyak masalah
lingkungan lainya. Hal ini sangat membahayakan kelangsungan kehidupan anak
cucuk kita. Ada beberapa faktor penyeban kerusakan lingkungan di Indonesia.
Faktor utama penyebab kerusakan
lingkungan adalah berkembangnya industri yang tidak di ikuti dengan pelestarian
lingkungan. Pada era global ini banyak sekali infestor asing yang menananmkan
modalnya di Indonesia . Indonesia tidak hanya dijadikan tempat penanaman modal
tetapi juga di jadikan tempat untuk mendirikan perusahaan-perusahaan dan
tempat-tempat industri seperti yang dilakukan beberapa perusahaan multinasional
seperti Freeport, cevron, danone dan banyak perusahaan asing. Mereka tidak
hanya menanamkan modal saja tetapi langsung mendirikan industri di
Indonesia.
Dengan
banyak nya jumlah industri ini maka di perlukan banyak ruang untuk mendirikan
pabrik-pabrik, maka tak jarang orang-orang mendirikan pabrik di daerah-daerah
resapan atau ruang terbuka hijau. Bahkan yang lebih parahnya lagi tidak sedikit
hutan yang di sulap menjadi tempat industri. Hal ini jelas akan menimbulkan
kerusakan lingkungan yang parah. Selain pendirian bangunan di ruang yang di
guanakan sebagai ruang hijau. Pesatnya pertumbuhan industri ini juga memberikan
dampak lain yaitu pengolahan limbah yang dilakukan secara tidak sempurna
seperti banyak pabrik-pabrik yang membuang limbahnya begitu saja ke sungai dan
menyebabkan pencemaran sungai.Cerobong asap pabrik yang dibiarkan begitu saja
tanpa di pasang saringan menyebabkan polusi udara.
Faktor
lain yang menyebabkan kerusakan lingkungan adalah pertumbuhan penduduk yang
begitu cepat. Hal ini menyebabkan dibutuhkanya pembangunan sarana dan prasarana
seperti perumahan jalan raya, rumah sakit dan sekolah. Tak jarang pembangunan
sarana dan prasara ini mengorbankan hutan dan daerah resapan air dan ruang hijau lainya. Hal ini
dapat dilihat secara nyata di Ibukota, Pembangunan rumah yang tidak sesuai
dengan tata ruang kota. Banyak warga yang mendirikan hunian di tepi-tepi sungai
yang seharusnya digunakan sebagai daerah
hijau atau daerah resapan. Pembangunan jalan-jalan dengan di beton yang tidak
memungkinkan air hujan untuk meresap.
Faktor
lain adalah sifat manusia yang mulai terpengaruh oleh kapitalisme. Kebutuhan
manusia saat ini sudah tidak hanya sebatas kebutuhan primer dan sekunder saja
melainkan sudah membutuhkan kebutuhan tersier dan mewah. Sifat-sifat serakah
manusia turut membuat bumi ini menangis. Masih banyak penebangan liar yang terjadi
di Indonesia. Kayu-kayu dari hutan yang di curi itu dijadikan sebagai bahan
bangunan dan untuk kepuasan manusia semata. Manusia sering tidak berfikir
panjang dan memperhitungkan semua resiko yang terjadi akibat kelakuanya.
Semua
perilaku manusia di zaman modern ini bisa menimbulkan kerusakan alam yang
sangat berdampak bagi kelangsungan hidup manusia. Contoh nyata yang pernah ada
adalah malapetaka lingkungan di Ethiopia, Afrika pada 1980 yang berupa
kekeringan dan kelaparan yang berawal dari pertumbuhan penduduk yang tinggi,
penggundulan hutan, erosi tanah yang meluas, dan kurangnya daya dukung
pertanian (Borwn, 1987)
Kerusakan
lingkungan semacam ini terjadi akibat pandangan Antroposentrisme yang memandang
manusia sebagai pusat dari system alam semesta. Manusia dan kepentinganya
dianggap sebagai dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakanya yang diambil
dalam kaitanya dengan alam, baik secara langsung atau tidak langsung. Oleh
karena itu manusia melihat alam hanya sebagi obyek, alat dan sarana bagi pemenuhan
kebutuhan manusia. Yang menjadi masalah sekarang bukan kecenderungan sefat
Antroposentrisme pada diri manusia melainkan tujuan-tujuan yang tidak pantas
dan berlebihan yang dikejar oleh manusia di luar batas toleransi ekosistem lah
yang menyababkan kerusakan lingkungan.
Sudah
banyak usaha yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah ingkungan ini.
Diantaranya adalah penggunaan energy konvensional agar industri tidak mencemari
lingkungan. Namun penerapan kebijakan ini masih sangat minim. Hal lain adalah
dengan pembuatan peraturan-peraturan dengan sanksi-sanksi yang tegas. Seperti
peraturan tentang pembalakan liar, Peraturan tentang pembungan limbah.
Peraturan dalam pembangunan yang harus melakukanan Analisi Mengenai Dampak
Lingkungan ( AMDAL). Kebijakan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan. Dan masih banyak peraturan
lainya yang di buat. Namun semua peraturan itu hanya menajadi sebuah pelengkap
saja tanpa diterapkan. Manusia cenderung lebih mengutamakan dirinya sendiri
dari pada memikirkankelangsungan hidup generasi senjutnya.
Dan
dampaknya alam pun bisa murka terhadap manusia. Sudah banyak terjadi bencana
akibat ulah tangan manusia, seperti banjir bandang di Papua, tanah longsor, dan
bencana banjir yang sering menyapa warga ibukota. Namun manusia menganggap ini
semua sebagai hal yang wajar terjadi. Manusia cenderung mengasosiasikan jika
semua ini merupakan gejala alam yang sering terjadi, dan wajar bila terjadi.
Ternyata peraturan dan kebijakan pemerintah yang begitu bagus dan sempurna
tidak mampu diterapkan karena kekurang sadaran manusia terhadap lingkungan.
Di
sisilain jauh dari peradapan besar kota metropolitan. Di daerah-daerah yang
tidak terpengaruh industrialisasi masih terdapat beberapa teradisi kearifan
local yang dapat menjadi solusi untuk masalah kerusakan lingkungan yang ada di
era global. Tradisi ini erat hubunganya dengan kesan mistis atau klenik.
Tradisi atau kepercayaan semacam ini merupakan hasil kebudayaan masa
Megalitikum. Pada masa megalitikum terdapat beberapa kepercayaan. Yang pertama
adalah kepercaan terhadap roh nenek moyang atau yang disebut dengan dinamisme.
Yang kedua adalah kepercayaan terhadap benda-benda alam yang memiliki kekuatan
magis, yang terakir adalah totemisme yang merupakan kepercayaan terhadap hewan.
Kepercayaan-kerpercayaan
ini tidak hilang setelah munculnya agama-agama, melainkan kepercayaan ini
menjadi suatu tradisi yang menambah kekayaan suatu masyarakat. Sebagai contoh
nyata adalah upacaya-upacara adat seperti sedekah bumi, sedekah laut, dan bersih desa.
Upacara sedekah laut sering dilakukan masyarakat pesisir laut sebagai
ucapan terimakasih terhadap laut yang telah memberikan sumber kehidupan berupa
ikan. Upacara ini bisa di temui di daerah Kebumen, dan daerah-daerah Pantura.
Selain itu juga terdapat upacara larung sesaji di pantai Parangtritis dan
Parang kusuno. Dalam upacara larung sesaji itu merupakan perwujudan persembahan
kepada ratu pantai selatan selaku penguasa pantai selatan.
Dalam
kepercayaan masyarakat sekitar bila upacara-upacara ini tidak dilakukan akan
menimbulkan mala petaka yang tidak bisa di fikirkan menggunakan rasio. Namun
dibalik hal –hal yang tidak mampu difikirkan dengan akal sehat itu dapat
diambil nilai positifnya. Hal ini memberikan petuah jika manusia harus mengahrgai
dan menghormati alam yang telah memberikan kehidupan. Dengan upacara-upcara
seperti ini dapat menumbuhkan kesadaran cinta lingkungan secra tidak langsung.
Hal
lain yang menjadi cirikhas masyarakat Indonesia khususnya pulai jawa adalah
pengkeramatan suatu tempat dan benda seperti pohon dan batu. Di Daerah jawa
sendiri banyak hutan-hutan yang dikeramatkan atau tidak boleh di jamah manusia.
Seperti mitos di hutan Gunung Gede. Mitos di hutan lereng gunung merbabu.
Mitos-mitos semacam ini membuat manusia enggan masuk kedalam hutan bahkan untuk
merusaknya.
Contoh
nyata yang benar-benar saya amati adalah pengkeramatan sejumlah pohon yang ada
di daerah Klaten. Daerah klaten adalah daerah yang masih kuat dengan kesan
mistis dan angker. Di desa Bendungan, kecamatan Wonosari, Klaten. Di desa yang
terletak tidak jauh dari sungai bengawan terdapat beberapa pohon yangdi
keramatkan. Salah satunya Adalah pohon besar yang beruasia ratusan tahun yang
terdapat di komlek perumahan warga. Pohon ini adalah pohon Randu Alas.
Dikalangan masyarakat desa berkembang mitos bila siapa yang sengaja menebang
pohon itu dan pohon-pohon disekitar itu akan mendapatkan musibah. Tidak hanya
itu bila pohon itu di tebang desa itu akan mendapatkan banyak musibah. Dan
sampai sekarang pohon itu masih tegak berdiri.
Hal-hal
seperti ini banyak di jumpai di daerah Klaten. Banyak pohon-pohon yang
dikramatkan. Bahkan lebih dari itu pohon-pohon diberikan sesaji sebagai tanda
penghormatan. Itulah sebabnya Klaten
masih menjadi daerah yang hijau walaupun pertumbuhan industri juga berjalan. Lebih
dari itu bila melakukan penebangan pohon secara liar bukan sanksi hukum saja
yang di dapat melainkan sanksi moral dan adat ikut berbicara. Karena
kepercayaan tehadap hal-hal mistis secara tidak langsung masyarakat akan merasa
bersalah telah merusak alam. Karena bagi masyarakat sekita alam itu bukan obyek
melainkan benda mati yang mempunyai kekuatan yang bisa mempengarui hidupnya.
Anggapan semacam ini tidak lah salah. Secara logika alam memang memiliki
kekuatanya sendiri. Bila alam tidak dijaga tentulah akan menimbulkan bencana
Selain
pengkeramatan pohon dan hutan di lereng merapai. Terdapat tempat lain yang di
keramatkan seperti bukit Taruwongso, Pengkeramatan sungai. Dalam kepercayaan
masyarakat setempat masyarakat dilarang menebang pohon di bukit Taruwongso
karena bial di tebang penunggu bukit akan marah. Jika ditelaah dengan logika
penebangan pohon di bukit ini akan menimbulkan tanah longsor. Masyarakat juga
dilarang membuang sampah disungai karena bila membuang sampah di suangai Nyi
Blorong atau manusia setengah ular dalam kepercayaan setempat merupakan
penghuni suangai akan marah. Namun jika di telaah dengan logika pembuangan
sampah di suangai akan memnyebabkan banjir.
Dalam era modern seperti ini mitos di Daerah klaten masih tumbuh
berdampingan dengan pembangunan. Itulah sebabnya pembangunan yang terjadi di
daerah ini masih memegang prinsip pembangunan berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan
Walaupun tradisi dan mitos semacam ini tidak
bisa di telaah dengan akal sehat, namun tradisi dan mitos-mitos ini lebih
efektif untuk menjaga kelestarian lingkungan dibandingkan dengan
peraturan-peraturan modern yang dibuat pemerintah . Bayangkan bila semua hutan
di Indonesia dikeramatkan. Atau semua pohon di Indonesia di keramtakan tentulah
tidak ada pohon yang ditebang. Kepercayaan semacam ini merupakan kearifan local
yang perlu dijaga dan dilestarikan. Hal-hal semacam ini secara tidak langsung
merupakan wujud penghormatan terhadap alam.
Mungkin
bila mitos-mitos ini juga diterapkan beriringan dengan pembangunan yang ada
tentulah pembangunan yang berjalan sesuai dengan nilai-nilai konservatif dan
penghargaan terhadap lingkungan. Karena dari segi historisnya kesan mistik dan
angker sudah melekat pada bangsa Indonesia semenjak masa pra akasara dan masih
eksis keberadaanya walaupun masuknya gama-agama baru.Walaupun memiliki
kepercayaan masyarakat Indonesia juga masih memegang teguh
kepercayaan-kepercayaan diatas sebagai warisan budaya dan adat, hal inilah yang
menjadi suatu cirri khas bangsa
Indonesia. Tidak ada salahnya bila kita tetap melestarikan
kepercayaan-kepercayaan semacam ini dalam kehipuan di era modern ini. Karena
memang dari segi historis masyarakat Indonesia tidak bisa dilepaskan dari
hal-hal yang berbau mistis dan klenik semacam ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tinggalkan komentar ! Terimakasih...