Selasa, 16 Desember 2014

“FUNGSI PANDANGAN MAGIS DAN KESAN ANGKER TERHADAP LINGKUNGAN SEBAGAI KEARIFAN LOKAL DALAM UPAYA PELESTARIAN LINGKUANGAN”



“FUNGSI PANDANGAN MAGIS DAN KESAN ANGKER
TERHADAP LINGKUNGAN
SEBAGAI KEARIFAN LOKAL
 DALAM UPAYA  PELESTARIAN LINGKUANGAN”

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP.

DI SUSUN OLEH
NAMA            : LILIANY RATNA PRAMESTI
NIM                : 3101412022
ROMBEL       : 10


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013


                Indonesia pada abad 21 ini sudah mengalami masa industrialisasi yang luar biasa hebatnya. Dengan berkembangnya banyak industri ini mulai memunculkan banyak masalah lingkungan seperti kerusakan hutan, tanah longsor, banjir, erosi tanah dan banyak masalah lingkungan lainya. Hal ini sangat membahayakan kelangsungan kehidupan anak cucuk kita. Ada beberapa faktor penyeban kerusakan lingkungan di Indonesia.
            Faktor utama penyebab kerusakan lingkungan adalah berkembangnya industri yang tidak di ikuti dengan pelestarian lingkungan. Pada era global ini banyak sekali infestor asing yang menananmkan modalnya di Indonesia . Indonesia tidak hanya dijadikan tempat penanaman modal tetapi juga di jadikan tempat untuk mendirikan perusahaan-perusahaan dan tempat-tempat industri seperti yang dilakukan beberapa perusahaan multinasional seperti Freeport, cevron, danone dan banyak perusahaan asing. Mereka tidak hanya menanamkan modal saja tetapi langsung mendirikan industri di Indonesia. 
Dengan banyak nya jumlah industri ini maka di perlukan banyak ruang untuk mendirikan pabrik-pabrik, maka tak jarang orang-orang mendirikan pabrik di daerah-daerah resapan atau ruang terbuka hijau. Bahkan yang lebih parahnya lagi tidak sedikit hutan yang di sulap menjadi tempat industri. Hal ini jelas akan menimbulkan kerusakan lingkungan yang parah. Selain pendirian bangunan di ruang yang di guanakan sebagai ruang hijau. Pesatnya pertumbuhan industri ini juga memberikan dampak lain yaitu pengolahan limbah yang dilakukan secara tidak sempurna seperti banyak pabrik-pabrik yang membuang limbahnya begitu saja ke sungai dan menyebabkan pencemaran sungai.Cerobong asap pabrik yang dibiarkan begitu saja tanpa di pasang saringan menyebabkan polusi udara.
Faktor lain yang menyebabkan kerusakan lingkungan adalah pertumbuhan penduduk yang begitu cepat. Hal ini menyebabkan dibutuhkanya pembangunan sarana dan prasarana seperti perumahan jalan raya, rumah sakit dan sekolah. Tak jarang pembangunan sarana dan prasara ini mengorbankan hutan dan daerah  resapan air dan ruang hijau lainya. Hal ini dapat dilihat secara nyata di Ibukota, Pembangunan rumah yang tidak sesuai dengan tata ruang kota. Banyak warga yang mendirikan hunian di tepi-tepi sungai yang seharusnya digunakan sebagai  daerah hijau atau daerah resapan. Pembangunan jalan-jalan dengan di beton yang tidak memungkinkan air hujan untuk meresap.
Faktor lain adalah sifat manusia yang mulai terpengaruh oleh kapitalisme. Kebutuhan manusia saat ini sudah tidak hanya sebatas kebutuhan primer dan sekunder saja melainkan sudah membutuhkan kebutuhan tersier dan mewah. Sifat-sifat serakah manusia turut membuat bumi ini menangis. Masih banyak penebangan liar yang terjadi di Indonesia. Kayu-kayu dari hutan yang di curi itu dijadikan sebagai bahan bangunan dan untuk kepuasan manusia semata. Manusia sering tidak berfikir panjang dan memperhitungkan semua resiko yang terjadi akibat kelakuanya.
Semua perilaku manusia di zaman modern ini bisa menimbulkan kerusakan alam yang sangat berdampak bagi kelangsungan hidup manusia. Contoh nyata yang pernah ada adalah malapetaka lingkungan di Ethiopia, Afrika pada 1980 yang berupa kekeringan dan kelaparan yang berawal dari pertumbuhan penduduk yang tinggi, penggundulan hutan, erosi tanah yang meluas, dan kurangnya daya dukung pertanian (Borwn, 1987)
Kerusakan lingkungan semacam ini terjadi akibat pandangan Antroposentrisme yang memandang manusia sebagai pusat dari system alam semesta. Manusia dan kepentinganya dianggap sebagai dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakanya yang diambil dalam kaitanya dengan alam, baik secara langsung atau tidak langsung. Oleh karena itu manusia melihat alam hanya sebagi obyek, alat dan sarana bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Yang menjadi masalah sekarang bukan kecenderungan sefat Antroposentrisme pada diri manusia melainkan tujuan-tujuan yang tidak pantas dan berlebihan yang dikejar oleh manusia di luar batas toleransi ekosistem lah yang menyababkan kerusakan lingkungan.
Sudah banyak usaha yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah ingkungan ini. Diantaranya adalah penggunaan energy konvensional agar industri tidak mencemari lingkungan. Namun penerapan kebijakan ini masih sangat minim. Hal lain adalah dengan pembuatan peraturan-peraturan dengan sanksi-sanksi yang tegas. Seperti peraturan tentang pembalakan liar, Peraturan tentang pembungan limbah. Peraturan dalam pembangunan yang harus melakukanan Analisi Mengenai Dampak Lingkungan ( AMDAL). Kebijakan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.  Dan masih banyak peraturan lainya yang di buat. Namun semua peraturan itu hanya menajadi sebuah pelengkap saja tanpa diterapkan. Manusia cenderung lebih mengutamakan dirinya sendiri dari pada memikirkankelangsungan hidup generasi senjutnya.
Dan dampaknya alam pun bisa murka terhadap manusia. Sudah banyak terjadi bencana akibat ulah tangan manusia, seperti banjir bandang di Papua, tanah longsor, dan bencana banjir yang sering menyapa warga ibukota. Namun manusia menganggap ini semua sebagai hal yang wajar terjadi. Manusia cenderung mengasosiasikan jika semua ini merupakan gejala alam yang sering terjadi, dan wajar bila terjadi. Ternyata peraturan dan kebijakan pemerintah yang begitu bagus dan sempurna tidak mampu diterapkan karena kekurang sadaran manusia terhadap lingkungan.
Di sisilain jauh dari peradapan besar kota metropolitan. Di daerah-daerah yang tidak terpengaruh industrialisasi masih terdapat beberapa teradisi kearifan local yang dapat menjadi solusi untuk masalah kerusakan lingkungan yang ada di era global. Tradisi ini erat hubunganya dengan kesan mistis atau klenik.  Tradisi atau kepercayaan semacam ini merupakan hasil kebudayaan masa Megalitikum. Pada masa megalitikum terdapat beberapa kepercayaan. Yang pertama adalah kepercaan terhadap roh nenek moyang atau yang disebut dengan dinamisme. Yang kedua adalah kepercayaan terhadap benda-benda alam yang memiliki kekuatan magis, yang terakir adalah totemisme yang merupakan kepercayaan terhadap hewan.
Kepercayaan-kerpercayaan ini tidak hilang setelah munculnya agama-agama, melainkan kepercayaan ini menjadi suatu tradisi yang menambah kekayaan suatu masyarakat. Sebagai contoh nyata adalah upacaya-upacara adat seperti sedekah bumi, sedekah laut, dan  bersih desa.  Upacara sedekah laut sering dilakukan masyarakat pesisir laut sebagai ucapan terimakasih terhadap laut yang telah memberikan sumber kehidupan berupa ikan. Upacara ini bisa di temui di daerah Kebumen, dan daerah-daerah Pantura. Selain itu juga terdapat upacara larung sesaji di pantai Parangtritis dan Parang kusuno. Dalam upacara larung sesaji itu merupakan perwujudan persembahan kepada ratu pantai selatan selaku penguasa pantai selatan.
Dalam kepercayaan masyarakat sekitar bila upacara-upacara ini tidak dilakukan akan menimbulkan mala petaka yang tidak bisa di fikirkan menggunakan rasio. Namun dibalik hal –hal yang tidak mampu difikirkan dengan akal sehat itu dapat diambil nilai positifnya. Hal ini memberikan petuah jika manusia harus mengahrgai dan menghormati alam yang telah memberikan kehidupan. Dengan upacara-upcara seperti ini dapat menumbuhkan kesadaran cinta lingkungan secra tidak langsung.
Hal lain yang menjadi cirikhas masyarakat Indonesia khususnya pulai jawa adalah pengkeramatan suatu tempat dan benda seperti pohon dan batu. Di Daerah jawa sendiri banyak hutan-hutan yang dikeramatkan atau tidak boleh di jamah manusia. Seperti mitos di hutan Gunung Gede. Mitos di hutan lereng gunung merbabu. Mitos-mitos semacam ini membuat manusia enggan masuk kedalam hutan bahkan untuk merusaknya.
Contoh nyata yang benar-benar saya amati adalah pengkeramatan sejumlah pohon yang ada di daerah Klaten. Daerah klaten adalah daerah yang masih kuat dengan kesan mistis dan angker. Di desa Bendungan, kecamatan Wonosari, Klaten. Di desa yang terletak tidak jauh dari sungai bengawan terdapat beberapa pohon yangdi keramatkan. Salah satunya Adalah pohon besar yang beruasia ratusan tahun yang terdapat di komlek perumahan warga. Pohon ini adalah pohon Randu Alas. Dikalangan masyarakat desa berkembang mitos bila siapa yang sengaja menebang pohon itu dan pohon-pohon disekitar itu akan mendapatkan musibah. Tidak hanya itu bila pohon itu di tebang desa itu akan mendapatkan banyak musibah. Dan sampai sekarang pohon itu masih tegak berdiri.
Hal-hal seperti ini banyak di jumpai di daerah Klaten. Banyak pohon-pohon yang dikramatkan. Bahkan lebih dari itu pohon-pohon diberikan sesaji sebagai tanda penghormatan.  Itulah sebabnya Klaten masih menjadi daerah yang hijau walaupun pertumbuhan industri juga berjalan. Lebih dari itu bila melakukan penebangan pohon secara liar bukan sanksi hukum saja yang di dapat melainkan sanksi moral dan adat ikut berbicara. Karena kepercayaan tehadap hal-hal mistis secara tidak langsung masyarakat akan merasa bersalah telah merusak alam. Karena bagi masyarakat sekita alam itu bukan obyek melainkan benda mati yang mempunyai kekuatan yang bisa mempengarui hidupnya. Anggapan semacam ini tidak lah salah. Secara logika alam memang memiliki kekuatanya sendiri. Bila alam tidak dijaga tentulah akan menimbulkan bencana
Selain pengkeramatan pohon dan hutan di lereng merapai. Terdapat tempat lain yang di keramatkan seperti bukit Taruwongso, Pengkeramatan sungai. Dalam kepercayaan masyarakat setempat masyarakat dilarang menebang pohon di bukit Taruwongso karena bial di tebang penunggu bukit akan marah. Jika ditelaah dengan logika penebangan pohon di bukit ini akan menimbulkan tanah longsor. Masyarakat juga dilarang membuang sampah disungai karena bila membuang sampah di suangai Nyi Blorong atau manusia setengah ular dalam kepercayaan setempat merupakan penghuni suangai akan marah. Namun jika di telaah dengan logika pembuangan sampah di suangai akan memnyebabkan banjir.  Dalam era modern seperti ini mitos di Daerah klaten masih tumbuh berdampingan dengan pembangunan. Itulah sebabnya pembangunan yang terjadi di daerah ini masih memegang prinsip pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan
 Walaupun tradisi dan mitos semacam ini tidak bisa di telaah dengan akal sehat, namun tradisi dan mitos-mitos ini lebih efektif untuk menjaga kelestarian lingkungan dibandingkan dengan peraturan-peraturan modern yang dibuat pemerintah . Bayangkan bila semua hutan di Indonesia dikeramatkan. Atau semua pohon di Indonesia di keramtakan tentulah tidak ada pohon yang ditebang. Kepercayaan semacam ini merupakan kearifan local yang perlu dijaga dan dilestarikan. Hal-hal semacam ini secara tidak langsung merupakan wujud penghormatan terhadap alam.
Mungkin bila mitos-mitos ini juga diterapkan beriringan dengan pembangunan yang ada tentulah pembangunan yang berjalan sesuai dengan nilai-nilai konservatif dan penghargaan terhadap lingkungan. Karena dari segi historisnya kesan mistik dan angker sudah melekat pada bangsa Indonesia semenjak masa pra akasara dan masih eksis keberadaanya walaupun masuknya gama-agama baru.Walaupun memiliki kepercayaan masyarakat Indonesia juga masih memegang teguh kepercayaan-kepercayaan diatas sebagai warisan budaya dan adat, hal inilah yang  menjadi suatu cirri khas bangsa Indonesia. Tidak ada salahnya bila kita tetap melestarikan kepercayaan-kepercayaan semacam ini dalam kehipuan di era modern ini. Karena memang dari segi historis masyarakat Indonesia tidak bisa dilepaskan dari hal-hal yang berbau mistis dan klenik semacam ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan tinggalkan komentar ! Terimakasih...